Tuesday, October 14, 2014

laporan praktikum Pengenalan Gugus Fungsi




       I.            TUJUAN PERCOBAAN
1.1         Mampu  menjelaskan pengelompokan senyawa berdasarkan gugus fungsi.
1.2         Mampu menjelaskan periodisitas kereaktifan satu kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu.

    II.            DASAR TEORI
2.1                            Gugus Fungsi
Gugus Fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang sama. Sesuai kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat dikelompokan pada pengelompokan senyawa.
(Fessenden, 1986)
Tabel 2.1 Beberapa Contoh Gugus Fungsi
No.
Struktur Gugus
Rumus Umum
Nama IUPAC / trivial
Nama Gugus
1
-OH
R-OH
Alkanol / alcohol
Hidroksil
2
-O-
R-O-R’
Alkoksi alkana /
Eter
3
Alkanal / aldehid
Aldehid
4
Alkanon/keton
Karbonil
5
Asam alkanoat/ karboksilat
Karboksil
6
Alkil alkanoat / ester
Ester
7
-NH2
Amina
Amin


(Purba, 1994)
2.2                            Aldehid
Aldehid adalah persenyawaan dimana gugus fungsi karboksil diikat oleh gugus alkil. Aldehid merupakan senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen yang bisa didapatkan dari oksidasi alkohol primer, klorida, asam glikol/alkena, hidroformilass.
(Hart, 2003)
2.2.1    Sifat Aldehid
-            Sifat fisika aldehid.
Berbau merangsang, titik didih lebih rendah daripada alkohol  padanannya, larut dalam air, sama seperti alkohol.
  (Fessanden,1986)

-            Sifat kimia Aldehid
Bersifat polar, oleh karena itu aldehid melakukan tarik menarik dipol-dipol antar molekul.
       (Fessenden,1986)
2.2.2    Identifikasi gugus aldehid alifatik
Untuk menunjukkan adanya aldehid alifatik digunakan pereaksi Schiff. Apabila pereaksi Schiff yang tidak berwarna bereaksi dengan senyawa kompleks aldehid akan dihasilkan warna antara merah dan ungu. Reaksi ini tidak berlaku untuk kelompok aldehida yang berada didalam bentuk hidrat dan juga tidak berlaku untul aldosa,walaupun aldosa mempunyai radikal formil (–CHO ) seperti aldehid.
     (Petrucci,1992)
2.2.3    Identifikasi gugus aldehid sebagai reduktor
Aldehid sangat mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat. Hampir setiap reagensia yang mengoksidasi suatu alkohol juga mengoksidasi suatu aldehid. Gugus aldehid dapat mereduksi pereaksi tollens, benedict, dan fehling.
       (Fessenden,1986)
a.                          Uji Fehling
Pereaksi fehling terdiri atas dua larutan :
Fehling A : terdiri dari larutan CuSO4
Fehling B : terdiri dari Kalium natrium nitrat dan Natrium hidroksida.
Bila Fehling A dan Fehling B dicampur dengan volume yang sama maka dihasilkan larutan biru tua.
Bila dipanaskan dengan menambah aldehid maka terjadi endapan Cu2O yang berwarna kuning dan merah tua.
Uji fehling digunakan untuk mendeteksi gula pereduksi dan aldehid dalam larutan. Reaksinya adalah :
Reaksinya :

                              + Cu2+ + NaOH                H-COONa + Cu2O + 2H+
 (Sumardjo, 1995)
b.                         Uji Benedict
Merupakan uji kimia untuk mendeteksi gula pereduksi dalam larutan yang dirancang oleh kimiawan Amerika, yaitu S.R. Benedict. Reaksi ini terdiri atas larutan tembaga sulfat ( CuSO4 ), Natrium karbonat ( Na2SO3 ), dan Natrium sitrat. Jika benedict dipanaskan bersama larutan alddehid akan terjadi oksidasi menjadi asam karboksilat. Benedict akan mengalami reduksi menjadi Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung.

Reaksinya :

                      + Cu2+ + H2O + Na+                         H-COONa + Cu2O + 2H+  

 (Sumardjo, 1997)
c.                          Uji Tollens
Pereaksi tollens dibuat dengan mereaksikan AgNO3 + NH3 berelebih, sehingga endapan menjadi larut.
AgNO3 + NH4OH       Ag2O + H2O + NH4NO3        

Ag2O + NH4OH          Ag(NH)2OH + H2O

(Sumardjo, 1995)
Bila senyawa aldehid ditambahkan pada pereaksi tollens dan dipanaskan maka aldehid akan teroksidasi menjadi asam karboksilat yang segera membentuk garam amonia.
Sedangkan pereaksi tollens akan tereduksi sehingga dibebaskan logam perak yang segera melekat pada dinding tabing reaksi.
(Ridwan, 1989)
2.3                            Alkohol
2.3.1   Penggolongan alkohol menurut letak gugus hidroksilnya (-OH)
1.         Alkohol Primer : gugus –OH terletak pada atom C primer (atom C yang mengikat hanya 1 atom C lainnya).
Contoh : 
CH3–CH2–CH2–CH2–OH
(1 butanol)

2.         Alkohol Sekunder : gugus –OH terletak pada atom C sekunder.
Contoh :
      (2 Butanol)

3.         Alkohol Tersier :  gugus –OH terletak pada atom C tersier.
Contoh :
 
(2Metil-2 propanol)
(Petrucci,1985)
2.3.2    Sifat-sifat Alkohol
-                 Sifat Fisika Alkohol
Berupa cairan jernih, berbau khas, mendidih ditemperatur tinggi, sangat larut dalam air karena ada ikatan  hidrogen antara gugus –OH dan molekul H2O.
(Keenan,1980)
-                 Sifat Kimia Alkohol
Mengalami dehidrasi (reaksi yang melibatkan hilangnya H dan OH dalam membentuk H2O ) untuk membentuk alkena/eter, oksidasi terkendali untuk menghasilkan aldehida dan keton.
  (Keenan, 1980)
2.3.3    Identifikasi Senyawa Alkohol
a.    Identifikasi Senyawa Alkohol Primer
Alkohol primer menghasilkan aldehida yang dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat.
     (Hart,2003)
b.    Identifikasi Senyawa Alkohol lain
Semua senyawa polialkohol misalnya gliserol dapat diidentifikasikan dengan pembentukan senyawa kompleks / dapat pula dengan pembentukan alkohol lain.
Contoh: reaksi pembentukan Cu kompleks.
C3H8O3 + CuSO4 + NaOH à (C3H5OCuNa)2 . 3H2O
     (Petrucci,1992)
2.3.4    Kegunaan Alkohol dalam Kehidupan sehari-hari
a.    Bidang Farmasi
sebagai pelarut senyawa organik. Contoh: etanol dan butanol.
b.    Bidang Industri
sebagai desinfektan. Misal: etanol dan metanol.
c.    Sebagai bahan bakar
 contoh : spirtus (campuran methanol dan etanol)
        (Petrucci,1992)
2.4                            Asam Karboksilat
Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai ikatan rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam karboksilat yang diturunkan dari hidrokarbon alkana yang mempunyai rumus molekul umum RCO2H yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil .
  (Brady,1994)
2.4.1    Sifat Asam karboksilat
a.                                                  Sifat fisika asam karboksilat
Titik didih asam karboksilat relatif lebih tinggi daripada titik didih –OH ,  -COH, titik leburnya juga relatif tinggi, berbau, asam-asam yang berbobot molekul rendah larut dalam air maupun pelarut organik.
(Keenan,1980)
b.    Sifat kimia asam karboksilat
Merupakan asam lemah, lebih asam dari pada alkohol/fenol karena stabilisasi resonansi anion karboksilatnya.
       (Fessenden,1986)
2.5         Gugus Amina dan Identifikasinya
Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom-atom nitrogen trivalent yang terikat pada satu atom atau lebih. Misal: R-NH2, R2-NH, R3N.      
  (Fessenden,1986)
Amina adalah senyawa organik yang merupakan turunan dari ammonia dengan satu atau lebih gugus organik yang mensubtitusi atom H, amina seperti ammonia bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada amonia aromatik.
        (Petrucci,1992)
2.5.1    Penggolongan amina.
Amina digolongkan menjadi 3 menurut banyaknya alkil yang terikat pada nitrogen.
1.    Amina primer

2.    Amina sekunder

3.    Amina tersier
(Fessenden,1986)
2.5.2    Sifat-sifat Amina
-       Sifat fisika amina.
Titik didihnya berada diantara titik didih senyawa tanpa ikatan hidrogen (alkana/eter) dan senyawa berikatan hidrogen kuat (alkohol) dengan bobot yang sama.
 (Fessenden,1986)
-        Sifat kimia amina
Merupakan basa lemah dan bersifat nukleofil, jika bereaksi dengan asam mineral membentuk garam ammonium kuarterner yang larut dalam air.
(Fessenden, 1986)

2.5.3    Identifikasi gugus amina aromatik primer.
Untuk senyawa tertentu seperti phthalysulfathiasol atau sacchysulfathiasol, senyawa harus dihidrolisa terlebih dahulu sehingga didalam senyawanya terdapat gugus amina aromatik bebas.
      (Fessenden, 1986)
2.6                            Keton
Keton mempunyai gugus yang sama dengan aldehid yaitu gugus karbonil, tetapi keton mempunyai 2 gugus alkil yang terikat pada gugus karbonilnya. Identifikasi keton,khususnya aseton dapat menggunakan uji Rothera.
      (Fessenden, 1986)
-          Uji Rothera
Larutan aseton dicampur dengan natrium nitropusid atau Na2Fe(CN)6NO, ammonium klorida dan ammonia. Setelah beberapa terbentuk warna violet dan intensitas warna tergantung kadar aseton yang dianalisis. Aldehida dan keton adalah keluarga besar dari senyawa organik yang dicirikan oleh adanya gugus karbonil terhubung dengan dua atom karbon lain.
  
                (Hart,2003)
Keton dan aldehida adalah keluarga besar atau dua kelas dari senyawa organik yang terdiri dari kelompok karbonil (<=0). Sebuah keton mempunyai dua kelompok alkil dan satu atom hidrogen yang tersusun menjadi karbon-karbon.
      
Karbonil             keton               aldehid


Keton     : 2 kelompok alkil tersusun kelompok karbonil.
Aldehid  : 1 kelompok alkil dan 1 atom hidrogen menyusun kelompok karbonil.
Keton dan aldehid memiliki kesamaan dalam strukturnya dan mereka mempunyai sifat. Disini terdapat suatu perbedaan bagaimana partikel didalam reaksinya terhadap agen-agen oksidasi dan terdapat dalam inti nukleus.
               (Wade,1987)     
2.7                            Reaksi-reaksi Organik
2.7.1    Redoks
Redoks adalah reaksi reduksi-oksidasi yang biasa dipakai pada proses elektrokimia.
Oksidasi adalah reaksi yang melibatkan kenaikan biloks,pelepasan electron, pengikatan O2, dan pelepasan H2. Sedangkan reduksi adalah kebalikan oksidasi.
 (Chang,2004)
Reaksi oksidasi juga dapat dilakukan untuk mengetahui mana alkohol primer, sekunder, dan tersier.
Alkohol primer à aldehid à asam karboksilat

Alkohol sekunder à keton

Alkohol tersier à(tak bisa teroksidasi)
     (Hart,2003)


2.7.2    Esterifikasi
Esterifikasi adalah salah satu reaksi untuk mengidentifikasi gugus karboksilat. Esterifikasi termasuk dalam jenis reaksi kondensasi yaitu penggabungan 2 molekul dengan melepas molekul kecil lain.

Reaksi esterifikasi :
(Keenan,1980)
2.7.3   Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk dari penggabungan 2 atau lebih senyawa sederhana yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri. Istilah senyawa koordinasi menentukan pengertian bahwa 2 zat yang lebih sederhana (misalnya : CuCl2 dan NH3) bergabung menjadi senyawa yang lebih kompleks.
  Reaksi senyawa kompleks :
C3H8O3 + CuSO4 + NaOH à (C3H5OCuNa)2 . 3H2O
(Petrucci,1993)
2.8          Analisa Bahan
2.8.1    Formalin
Suatu formaldehida, tidak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan formaldehida 40% dalam air disebut formalin yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan.
(Petrucci, 1992)
2.8.2 Glukosa
Suatu monosakarida dengan rumus C6H12O6 merupakan kristal putih, berasal manis dan disebut juga D-glukosa / dekstrosa karena bersifat aktif optis.
(Mulyono, 2001)

2.8.3 Pereaksi Schiff
Merupakan larutan dari fuchsin asam di dalam air yang telah didekolorisasi oleh gas SO2. Komposisinya fuchsin, Na2S, 500 mL air dan HCl. Digunakan untuk menguji aldehid.
(Mulyono, 2001)
2.8.4    Pereaksi Tollens
Sering juga disebut perak amoniakal yang merupakan campuran AgNO3 dan amonia yang berlebihan. Jika bereaksi dengan monosakarida yang mengandung gugus aldehid akan menghasilkan cermin perak.
(Fessenden, 1986)
2.8.5    Fehling A
Fehling A berisi larutan CuSO4, bersifat cair, berwarna biru, titik didih 99,9 ºC, titik lebur -0,1 oC, larut dalam air, dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, tidak mudah terbakar.
(Ensiklopedia umum, 1999)
2.8.6    Fehling B
Fehling B berisi larutan NaOH dan KNa tartrat, tidak berwarna, berbau, titik didih 103 oC, titik lebur -10 oC.
(Ensiklopedia umum, 1999)
2.8.7 Gliserol
Alkohol terdehidrasi dengan rumus kimia C3H5(OH)3 cairan seperti sirup tak berwarna, titik didih 290 ºC dan titik leleh 18 ºC.
(Mulyono, 2001)
2.8.9    NaOH
Padatan putih, senyawa basa kuat, titik lebur 318 ºC, titik didih 1390 ºC, mudah menyerap air dan CO2 di udara.
(Basri, 1996)
2.8.10  Aseton
Keton suku rendah yang merupakan zat cair yang mudah larut dalam air, berbau menyengat, titik didih 56 ºC mudah menguap dan terbakar.
(Petruci, 1993)
2.8.11    Benedict
Larutan yang mengandung Cuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Jika direaksikan dengan aldehid dan dipanaskan akan dihasilkan Cu2O.
(Suminar, 1994)
2.8.12    Etanol
Komponen aktif dari bir, anggur dan wisky. Dihasilkan dari peragian karbohidrat.
(Keenan, 1990)
2.8.13    Anilin
Strukturnya C6NH2, Zat cair seperti minyak, tidak berwarna, dapat terbakar dan dibuat melalui reduksi nitrobenzen.
(Mulyono, 2001)
2.8.14    Asam Benzoat
Asam organik dengan rumus C6H5COOH, titik leleh 122,4 ºC, titik didih 1,27 ºC, zat pengawet makanan.
(Mulyono, 2001)
2.8.15    Asam Asetat
Zat cair tidak berwarna, bau khas menusuk, asam organic lemah, mempunyai rumus CH3COOH.
(Mulyono, 2001)

2.8.16    NH4Cl
Garam basa karena hasil reaksi NH3 dengan HCl digunakan untuk pengisi batu baterai dan bahan pupuk.
(Basri, 1996)
2.8.17    CuSO4
Larut dalam air, berwarna putih/kuning, digunakan sebagai cairan dendehidrasi, bereaksi dengan Zn.
(Mulyono, 2001)
2.8.18    HCl
Asam kuat, tidak berwarna, berbau tajam, titik didih 85 ºC, dan titik leleh 144 ºC.
(Mulyono, 2001)
2.8.19    H2SO4
Mengandung asam 98 % , dapat bercampur dengan air, tidak berwarna.
(Vogel, 1990)
2.8.20    Asetaldehid
Asetaldehid dengan titik didih sekitar temperatur kamar (20 ºC) juga lebih mudah untuk disimpan atau diangkut dalam bentuk trimer atau titramer siklik, Asetaldehida juga digunakan sebagai zat antara dalam sintesis asam asetat, anhidrida asetat, dan senyawa-senyawa lain dalam industri.
(Fessenden, 1986)




2.8.21    NH3
Senyawa gas, tidak berwarna, berbau menyengat, larut dalam air dan menghasilkan larutan alkali yang mengandung amonium hidroksida. Amonia disintesanitrogen dan hidrogen dengan menggunakan proses hober. Digunakan sebagai larutan pendingin. Gas NH3 digunakan sebagaipemula dalam pembuatan asam nitrat dan senyawa nitrat.
(Basri, 1995)
2.8.22    Aquades
Zat cair tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Titik didih 100 °C dan titik beku 0 °C. Dapat pula berwujud padat dan gas. Merupakan pelarut yang baik.
(Basri, 1996)
2.8.23    Natrium Nitroprusid
Berat molekul 261,198 g/mol,rumus molekul C5FeN6Na2O .
 (Ensiklopedia Umum, 1999)









   III.          METODE PERCOBAAN
3.1                                 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
-                                                                                    Tabung reaksi
-                                                                                    Gelas ukur
-                                                                                    Pipet tetes
-                                                                                    Drupple plat
-                                                                                    Pemanas
-                                                                                    Penjepit

3.1.2                                                                Bahan
-                                                                                            Formalin
-                                                                                            Glukosa
-                                                                                            Reagen Schiff
-                                                                                            Reagen Tollens
-                                                                                            Reagen Fehling A
-                                                                                            Reagen Fehling B
-                                                                                            Reagen Benedict
-                                                                                            Etanol
-                                                                                            Asam Asetat
-                                                                                            Asam Benzoat
-                                                                                             H2 SO4
-                                                                                            Larutan NaOH
-                                                                                            Aseton
-                                                                                            Gliserol
-                                                                                            HCl
-                                                                                            Natrium-nitrpprusid
-                                                                                            NH4Cl
-                                                                                            Amonia
-                                                                                            Amonium Klorida
-                                                                                            Larutan CuSO4
3.2   Gambar Alat

                                              
Tabung reaksi              gelas ukur                                pipet tetes

                          
                Drupple plat                            Pemanas                              Penjepit

3.3    Skema Kerja
  3.3.1 Identifikasi gugus aldehid alifatik
a.             Uji Schiff
                       







 







b.             Uji Tollens
 







c.              Uji Fehling
 


           



d.             Uji Benedict
 






















  3.3.2  Identifikasi Gugus Hidroksil
a.              Identifikasi Alkohol Primer
 














b.             Identifikasi Alkohol Lain
 







  3.3.3 Identifikasi Senyawa Karboksil
 



                                             



 








  3.3.4  Identifikasi Senyawa Keton






 IV.      DATA PENGAMATAN
NO
PERLAKUAN
HASIL
KET
1.
Identifikasi Gugus Aldehid Alifatik
a)    Uji Schiff
-       Tabung reaksi  I :
1 mL Formalin  + 2 tetes pereaksi Schiff
-       Tabung reaksi II :
 1 mL Glukosa + 1 tetes pereaksi Schiff


Ungu

Ungu kemerahan


+

+

b)     Uji Tollens
-       Formalin 1 mL + 5 tetes Tollens A + 5 tetes Tollens B
 AgNH3 + NaOH à Ag(OH)2 + NaNH3
Hitam, terdapat endapan perak dipermukaan


+

c)       Uji Fehling
-       Formalin 1 mL + Fehling A&B 1 mL CH3CH2OH + Cu2+ + NaOH + H2O à CH3CH2COONa + CuO + H+
Berubah dari biru menjadi orange

+

d)      Uji Benedict
-       Tabung Reaksi I :
Formalin 1 mL + 1 ml larutan Benedict
-       Tabung Reaksi II :
Formalin 1 mL + 2 tetes larutan Benedict



 Hijau dan terbentuk endapan.

Abu-abu.

+


-
2.
Identifikasi Gugus Hidroksil
a) Identifikasi Alkohol Primer
-      Tabung reaksi I :
    1 mL Etanol + 1 mL Asam Asetat + H2SO4  (pemanasan)

-     Tabung reaksi II :
    1 mL Etanol + Asam Benzoat + H2SO4, (pemanasan)



Wangi permen karet yang menyengat.
Wangi permen karet tidak menyengat.



+


+

b) Identifikasi Alkohol lain
Gliserol CuSO4àGliserol + CuSO4+ NaOH
C3H8O3 + CuSO4 NaOH à [C3H5O3.CuNa]2 + +  3H2O
Sebelum ditambahkan CuSO4 larutan berwarna hijau kekuningan, setelah ditambahkan CuSO4 larutan menjadi biru hijau kekuningan.



+
3.
Identifikasi Senyawa Keton
Aseton +Na-Nitrophussid + NH4Cl + NH3 lalu didiamkan.

Ungu muda

+




V. PEMBAHASAN
5.1 Identifikasi Gugus Aldehid Alifatik
         a) Uji Schiff
Suatu pereaksi Schiff yang tidak berwarna direaksikan dengan senyawa kelompok aldehid,maka akan menghasilkan warna ungu. Pereaksi Schiff tidak dapat bereaksi dengan kelompok aldehid dalam bentuk hidrat dan aldosa. Pereaksi Schiff digunakan untuk menunjukan adanya gugus aldehid. Pereaksi ini berasal dari zat warna Fuschin yang warnanya telah hilang karena penambahan SO2 dan H2SO4.
Pada percobaan ini digunakan bahan formalin dan glukosa sebagai bahan pembanding. Formalin dan glukosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda,kemudian masing-masing ditambahkan 1-2 tetes Pereaksi Schiff. Perubahan yang terjadi adalah pada tabung yang berisi Formalin warnanya menjadi ungu dan menunjukan bahwa formalin mengandung gugus aldehid alifatik, pada glukosa pun demikian terbentuk warna ungu kemerah-merahan membuktikan bahwa dalam glukosa mengandung gugus aldehid. Perubahan ini dihasilkan dari formalin yang merupakaan gugus aldehid.
Reaksinya:
                                                            (Keenan, 1986)
 b) Uji Tollens
Pereaksi Tollens digunakan untuk membuktikan adanya gugus aldehid bersifat reduktor. Reaksi tersebut menunjukan hasil positif jika terbentuk endapan cermin perak. Kandungan Tollens A terdiri dari AgNO3 dan Tollens B terdiri dari NH3 berelebih, sehingga jika dicampurkan endapan menjadi larut.
Formalin 1 mL di dalam tabung reaksi ditetesi 5 tetes Tollens A dan Tollens B lalu digojog. Penggojogan berfungsi untuk menimbulkan tumbukan antar partikel yang dapat mempercepat terjadinya reaksi antara formalin dengan pereaksi Tollens. Kemudian larutan yang telah digojog dipanaskan sampai timbul gelembung. Pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi. Perubahan yang terjadi warna formalin berubah menjadi hitam dan terbentuk cermin perak di permukaan. Pemanasan dilakukan untuk mengoksidasi aldehid sehingga terbentuk gugus karboksil (COO­- ). Reaksinya:
 + Ag(NH3)OH à H-COONH4 + Ag + H2O
(Fessenden, 1986)
c)    Uji Fehling
Pereaksi fehling terdiri atas dua larutan :
-                  Fehling A : terdiri dari larutan CuSO4
-                 Fehling B : terdiri dari Kalium natrium nitrat dan Natrium hidroksida.
Bila Fehling A dan Fehling B dicampur dengan volume yang sama maka dihasilkan larutan biru tua.
Pada Percobaan ini digunakan larutan formalin. Setelah formalin dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan reagen Fehling A & Fehling B masing-masing 1 mL. Lalu dipanaskan diatas Bunsen, terjadi perubahan warna menjadi orange dan terjadi endapan. Pemanasan dilakukan karena pereaksi fehling kurang stabil pada larutan dingin (temperatur rendah) sehingga dibutuhkan pemanasan agar Fehling stabil. Perubahan warna terjadi karena senyawa aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat dan terbentuk endapan Cu2O berwarna merah bata.
Reaksinya :

                              + Cu2+ + NaOH                H-COONa + Cu2O + 2H+
(Fessenden, 1986)
d)      Uji Benedict
Kandungan benedict terdiri atas larutan tembaga sulfat (CuSO4), Natrium karbonat ( Na2SO3), dan Natrium sitrat. Pada uji ini tabung reaksi I dicampurkan formalin dengan pereaksi benedict dengan perbandingan jumlah yang sama 1:1 yang kemudian dipanaskan. Hasilnya hijau dan terdapat endapan sedangkan tabung kedua larutannya warna biru bening menjadi abu-abu. Bila dipanaskan bersama senyawa aldehid akan terjadi oksidasi menjadi asam karboksilat, sedang pereaksi benedict akan mengalami reduksi Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung reaksi. Di tabung reaksi II dicampur formalin dengan penambahan 2 tetes pereaksi benedict dan dipanaskan, tidak terjadi perubahan. Hal ini terjadi karena larutan hanya bisa bereaksi jika perbandiangannya sama, dan ini juga membuktikan bahwasannya apada larutab formalin terdapat gugus aldehida.
Reaksinya :

                   + Cu2+ + H2O + Na+                H-COONa + Cu2O + 2H+  


(Ridwan, 1989)
5.2  Identifikasi Gugus Hidroksil
a. Identifikasi Alkohol Primer
Pada percobaan ini menggunakan bahan uji asam asetat dan asam benzoat sebagai pembanding, didapatkan hasil bahwa pada tabung pertama yang diisikan asam asetat menghasilkan bau yang menyengat, sedangkan pada tabung pada tabung reaksi kedua yang ditambah asam benzoat dan H2SO4, fungsi dari  H2SO4 sebagai katalis yaitu untuk mempercepat reaksi. Setelah itu dipanaskan hasilnya tidak menimbulkan bau yang menyengat. Pemanasan adalah untuk mempercepat laju reaksi karena adanya tambahan energi berupa panas sehingga reaksipun cepat berlangsung.
-       Katalis mempercepat laju reaksi ke arah produk maupun ke arah pereaksi, sehingga menghasilkan rendemen produk lebih cepat (rendemen produk tidak lebih banyak daripada reaksi yang tanpa katalis)
-        Katalis dapat menurunkan energi pengaktifan dengan cara menyediakan mekanisme reaksi yang berbeda yang memiliki jalur energi pengaktifan lebih rendah.
Reaksi  pada tabung reaksi I :

(Fessenden,1986)




Reaksi pada tabung reaksi II :
(Fessenden,1986)
b. Identifikasi alkohol lain
Pada percobaan ini digunakan larutan gliserol yang merupakan senyawa polialkohol. Larutan gliserol dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan CuSO4. Kemudian larutan di tambahkan NaOH. Penambahan CuSO4 membuat warna menjadi biru, sedangkan penambahan NaOH membuat larutan menjadi berwarna hijau kekuningan. Pada awalnya (setelah penambahan CuSO4), terbentuk dua lapisan yang berbeda. Lapisan atas berwarna kebiruan sedangkan lapisan bawahnya bening. Setelah dilakukan pengocokan dan penambahan CuSO4 barulah terbentuk warna biru hijau kekuningan yang merata pada seluruh larutan.  Pengocokkan bertujuan untuk mempercepat terjadinya tumbukan antar partikel gliserol, CuSO4 dan NaOH karena pengocokkan mengakibatkan timbulnya tumbukan yang cukup banyak. Reaksinya :
C3H8O3 + CuSO4 + NaOH        [C3 H5 O.CuNa]2 + 3H2O + H2SO4

Atom pusat     : Cu (atom pusat merupakan unsur transisi)
Ligan               : Na
(Fessenden,1986)


5.3  Identifikasi Senyawa Keton
Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan aseton dengan natrium-Nitroprussid, ammonium klorida dan ammonia, setelah itu campuran dan didiamkan Larutan didiamkan beberapa saat agar larutan yang bercampur dapat menjadi stabil. Warna larutan tersebut berubah menjadi ungu muda karena terbentuknya senyawa kompleks. Hal ini dikarenakan adanya donor e- dari atom pusat yaitu Fe, dan yang berperan menjadi ligan adalah aseton.
Reaksinya adalah :
(Fessenden,1986)











VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
-       Senyawa dapat dikelompokan berdasarkan gugus fungsinya, diantaranya alkohol (memiliki gugus hidroksil), eter, aldehid, keton (memiliki gugus karbonil), asam karboksilat (memiliki gugus karboksil), dan ester.
-       Senyawa dengan gugus fungsi tertentu reaktif terhadap reaksi tertentu. Senyawa aldehid reaktif dengan pereaksi schiff, tollens, benedict dan fehling. Senyawa alkohol dan karboksilat bereaksi membentuk ester melalui reaksi esterifikasi. Keton bereaksi dengan Natrium-nitroprusid, amonium klorida, dan amonia sesuai dengan uji rothera.
6.2 Saran
-   Sebelum praktikum dimulai, alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum dicek terlebih dahulu.
-     Pastikan alat dan bahan yang kita dapatkan dalam keadaan bagus.
-      Saat pemanasan, tabung reaksi dicondongkan ke arah yang berlawanan dengan praktikum.
-      Praktikan harus bekerja dengan teliti dan konsentrasi yang tinggi agar mendapatkan hasil yang memuaskan.

VII.              DAFTAR PUSTAKA

Brady, James, 1994, Kimia Universitas-Asas dan Struktur  (Edisi ke-5, jilid ke-1), Erlangga, Jakarta.
Chang, Raymond, 2004, Chemistry, Mc Graw Hill, Inc ( Petrucci,1985).
Fessenden, Ralph J, 1986, Organic Chemistry (Edisi ke-2), Willard Grant Press Publisher, USA.
Hart, Harold, 2003, Organik Chemistry – a short course, Erlangga, Jakarta.
Keenan and Kleinfelter, Wood, 1980, Kimia Universitas, Erlangga, Jakarta.
Petrucci, Ralph H, 1992, General Chemistry,  Erlangga, Jakarta.
Purba, Michael, 1994, Kimia II, Erlangga, Jakarta.
Ridwan, S, Drs, 1989, Kimia Organik, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Sumardjo, Damin, 2005, Petunjuk Praktikum Kimia Dasar, Undip Press, Semarang.
Wade, L. G. Jr, 1987, Organic Chemistry, PrenticeHall Inc, USA.

No comments:

Post a Comment