I.
TUJUAN PERCOBAAN
1.1
Mampu menjelaskan pengelompokan senyawa berdasarkan
gugus fungsi.
1.2
Mampu menjelaskan
periodisitas kereaktifan satu kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu.
II.
DASAR TEORI
2.1
Gugus Fungsi
Gugus Fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam
molekul satu kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala
reaksi yang sama. Sesuai kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat
dikelompokan pada pengelompokan senyawa.
(Fessenden, 1986)
Tabel 2.1 Beberapa Contoh Gugus Fungsi
No.
|
Struktur Gugus
|
Rumus Umum
|
Nama IUPAC / trivial
|
Nama Gugus
|
1
|
-OH
|
R-OH
|
Alkanol / alcohol
|
Hidroksil
|
2
|
-O-
|
R-O-R’
|
Alkoksi alkana /
|
Eter
|
3
|
|
|
Alkanal / aldehid
|
Aldehid
|
4
|
|
|
Alkanon/keton
|
Karbonil
|
5
|
|
|
Asam alkanoat/ karboksilat
|
Karboksil
|
6
|
|
|
Alkil alkanoat / ester
|
Ester
|
7
|
-NH2
|
|
Amina
|
Amin
|
(Purba, 1994)
2.2
Aldehid
Aldehid adalah persenyawaan dimana gugus fungsi karboksil
diikat oleh gugus alkil. Aldehid merupakan senyawa yang tersusun dari unsur-unsur
karbon, hidrogen dan oksigen yang bisa didapatkan dari oksidasi alkohol primer,
klorida, asam glikol/alkena, hidroformilass.
(Hart, 2003)
2.2.1
Sifat Aldehid
-
Sifat fisika
aldehid.
Berbau merangsang, titik didih lebih rendah daripada alkohol padanannya, larut dalam air, sama seperti
alkohol.
(Fessanden,1986)
-
Sifat kimia Aldehid
Bersifat polar, oleh karena itu aldehid melakukan tarik
menarik dipol-dipol antar molekul.
(Fessenden,1986)
2.2.2
Identifikasi gugus
aldehid alifatik
Untuk menunjukkan adanya aldehid alifatik digunakan
pereaksi Schiff. Apabila pereaksi Schiff yang tidak berwarna bereaksi dengan
senyawa kompleks aldehid akan dihasilkan warna antara merah dan ungu. Reaksi
ini tidak berlaku untuk kelompok aldehida yang berada didalam bentuk hidrat dan
juga tidak berlaku untul aldosa,walaupun aldosa mempunyai radikal formil (–CHO
) seperti aldehid.
(Petrucci,1992)
2.2.3
Identifikasi gugus
aldehid sebagai reduktor
Aldehid sangat mudah teroksidasi menjadi asam
karboksilat. Hampir setiap reagensia yang mengoksidasi suatu alkohol juga
mengoksidasi suatu aldehid. Gugus aldehid dapat mereduksi pereaksi tollens,
benedict, dan fehling.
(Fessenden,1986)
a.
Uji Fehling
Pereaksi fehling terdiri atas dua larutan :
Fehling A : terdiri dari larutan CuSO4
Fehling B : terdiri dari Kalium natrium nitrat dan
Natrium hidroksida.
Bila Fehling A dan Fehling B dicampur dengan volume yang
sama maka dihasilkan larutan biru tua.
Bila dipanaskan dengan menambah aldehid maka terjadi
endapan Cu2O yang berwarna kuning dan merah tua.
Uji fehling digunakan untuk mendeteksi gula pereduksi dan
aldehid dalam larutan. Reaksinya adalah :
Reaksinya :
+ Cu2+ + NaOH H-COONa + Cu2O + 2H+
(Sumardjo, 1995)
b.
Uji Benedict
Merupakan uji
kimia untuk mendeteksi gula pereduksi dalam larutan yang dirancang oleh
kimiawan Amerika, yaitu S.R. Benedict. Reaksi ini terdiri atas larutan tembaga
sulfat ( CuSO4 ), Natrium karbonat ( Na2SO3 ),
dan Natrium sitrat. Jika benedict dipanaskan bersama larutan alddehid akan
terjadi oksidasi menjadi asam karboksilat. Benedict akan mengalami reduksi
menjadi Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung.
Reaksinya
:
+ Cu2+ + H2O
+ Na+ H-COONa + Cu2O + 2H+
(Sumardjo, 1997)
c.
Uji Tollens
Pereaksi tollens dibuat dengan mereaksikan AgNO3 +
NH3 berelebih, sehingga endapan menjadi larut.
AgNO3
+ NH4OH Ag2O
+ H2O + NH4NO3
Ag2O
+ NH4OH Ag(NH3)2OH
+ H2O
(Sumardjo, 1995)
Bila senyawa aldehid ditambahkan pada pereaksi tollens
dan dipanaskan maka aldehid akan teroksidasi menjadi asam karboksilat yang
segera membentuk garam amonia.
Sedangkan pereaksi tollens akan tereduksi sehingga
dibebaskan logam perak yang segera melekat pada dinding tabing reaksi.
(Ridwan, 1989)
2.3
Alkohol
2.3.1 Penggolongan alkohol menurut letak gugus hidroksilnya
(-OH)
1.
Alkohol Primer : gugus
–OH terletak pada atom C primer (atom C yang mengikat hanya 1 atom C lainnya).
Contoh
:
CH3–CH2–CH2–CH2–OH
(1 butanol)
2.
Alkohol Sekunder :
gugus –OH terletak pada atom C sekunder.
Contoh
:
(2 Butanol)
3.
Alkohol Tersier
: gugus –OH terletak pada atom C
tersier.
Contoh
:
(2Metil-2
propanol)
(Petrucci,1985)
2.3.2
Sifat-sifat Alkohol
-
Sifat Fisika
Alkohol
Berupa cairan jernih, berbau khas, mendidih ditemperatur
tinggi, sangat larut dalam air karena ada ikatan hidrogen antara gugus –OH dan molekul H2O.
(Keenan,1980)
-
Sifat Kimia Alkohol
Mengalami dehidrasi (reaksi yang melibatkan hilangnya H
dan OH dalam membentuk H2O ) untuk membentuk alkena/eter, oksidasi
terkendali untuk menghasilkan aldehida dan keton.
(Keenan, 1980)
2.3.3
Identifikasi
Senyawa Alkohol
a.
Identifikasi
Senyawa Alkohol Primer
Alkohol primer menghasilkan aldehida yang dapat dioksidasi
lebih lanjut menjadi asam karboksilat.
(Hart,2003)
b.
Identifikasi Senyawa
Alkohol lain
Semua senyawa polialkohol misalnya gliserol dapat
diidentifikasikan dengan pembentukan senyawa kompleks / dapat pula dengan
pembentukan alkohol lain.
Contoh:
reaksi pembentukan Cu kompleks.
C3H8O3
+ CuSO4 + NaOH à (C3H5OCuNa)2 . 3H2O
(Petrucci,1992)
2.3.4
Kegunaan Alkohol
dalam Kehidupan sehari-hari
a.
Bidang Farmasi
sebagai pelarut
senyawa organik. Contoh: etanol dan butanol.
b.
Bidang Industri
sebagai desinfektan.
Misal: etanol dan metanol.
c.
Sebagai bahan bakar
contoh : spirtus (campuran methanol dan
etanol)
(Petrucci,1992)
2.4
Asam Karboksilat
Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang
mempunyai ikatan rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam
karboksilat yang diturunkan dari hidrokarbon alkana yang mempunyai rumus
molekul umum RCO2H yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil .
(Brady,1994)
2.4.1
Sifat Asam
karboksilat
a.
Sifat fisika asam
karboksilat
Titik didih asam karboksilat relatif lebih tinggi
daripada titik didih –OH , -COH, titik
leburnya juga relatif tinggi, berbau, asam-asam yang berbobot molekul rendah
larut dalam air maupun pelarut organik.
(Keenan,1980)
b.
Sifat kimia asam
karboksilat
Merupakan asam lemah, lebih asam dari pada alkohol/fenol
karena stabilisasi resonansi anion karboksilatnya.
(Fessenden,1986)
2.5
Gugus Amina dan
Identifikasinya
Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom-atom
nitrogen trivalent yang terikat pada satu atom atau lebih. Misal: R-NH2,
R2-NH, R3N.
(Fessenden,1986)
Amina adalah senyawa organik yang merupakan turunan dari
ammonia dengan satu atau lebih gugus organik yang mensubtitusi atom H, amina
seperti ammonia bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada amonia
aromatik.
(Petrucci,1992)
2.5.1
Penggolongan amina.
Amina
digolongkan menjadi 3 menurut banyaknya alkil yang terikat pada nitrogen.
1.
Amina primer
2.
Amina sekunder
3.
Amina tersier
(Fessenden,1986)
2.5.2
Sifat-sifat Amina
-
Sifat fisika amina.
Titik didihnya berada diantara titik didih senyawa tanpa
ikatan hidrogen (alkana/eter) dan senyawa berikatan hidrogen kuat (alkohol)
dengan bobot yang sama.
(Fessenden,1986)
-
Sifat kimia amina
Merupakan basa lemah dan bersifat nukleofil, jika
bereaksi dengan asam mineral membentuk garam ammonium kuarterner
yang larut dalam air.
(Fessenden, 1986)
2.5.3
Identifikasi gugus
amina aromatik
primer.
Untuk senyawa tertentu seperti phthalysulfathiasol atau sacchysulfathiasol,
senyawa harus dihidrolisa terlebih dahulu sehingga didalam senyawanya terdapat
gugus amina aromatik bebas.
(Fessenden,
1986)
2.6
Keton
Keton mempunyai gugus yang sama dengan aldehid yaitu
gugus karbonil, tetapi keton mempunyai 2 gugus alkil yang terikat pada gugus
karbonilnya. Identifikasi keton,khususnya aseton dapat menggunakan uji Rothera.
(Fessenden,
1986)
-
Uji Rothera
Larutan aseton dicampur dengan natrium nitropusid atau Na2Fe(CN)6NO,
ammonium klorida dan ammonia. Setelah beberapa terbentuk warna violet dan
intensitas warna tergantung kadar aseton yang dianalisis. Aldehida dan keton
adalah keluarga besar dari senyawa organik yang dicirikan oleh adanya gugus
karbonil terhubung dengan dua atom karbon lain.
(Hart,2003)
Keton dan aldehida adalah keluarga besar atau dua kelas
dari senyawa organik yang terdiri dari kelompok
karbonil (<=0). Sebuah keton mempunyai dua kelompok alkil dan satu atom hidrogen
yang tersusun menjadi karbon-karbon.
Karbonil
keton aldehid
Keton
:
2 kelompok alkil tersusun kelompok karbonil.
Aldehid : 1 kelompok alkil dan 1 atom hidrogen
menyusun kelompok karbonil.
Keton dan aldehid memiliki kesamaan dalam strukturnya dan
mereka mempunyai sifat. Disini terdapat suatu perbedaan bagaimana partikel
didalam reaksinya terhadap agen-agen oksidasi dan terdapat dalam inti nukleus.
(Wade,1987)
2.7
Reaksi-reaksi
Organik
2.7.1
Redoks
Redoks adalah reaksi reduksi-oksidasi yang biasa dipakai
pada proses elektrokimia.
Oksidasi adalah reaksi yang melibatkan kenaikan
biloks,pelepasan electron, pengikatan O2, dan pelepasan H2.
Sedangkan reduksi adalah kebalikan oksidasi.
(Chang,2004)
Reaksi oksidasi juga dapat dilakukan untuk mengetahui
mana alkohol primer, sekunder, dan tersier.
Alkohol
primer à aldehid à asam karboksilat
Alkohol
sekunder à keton
Alkohol
tersier à(tak bisa teroksidasi)
(Hart,2003)
2.7.2
Esterifikasi
Esterifikasi adalah salah satu reaksi untuk
mengidentifikasi gugus karboksilat. Esterifikasi termasuk dalam jenis reaksi
kondensasi yaitu penggabungan 2 molekul dengan melepas molekul kecil lain.
Reaksi esterifikasi :
(Keenan,1980)
2.7.3 Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk dari
penggabungan 2 atau lebih senyawa sederhana yang masing-masingnya dapat berdiri
sendiri. Istilah senyawa koordinasi menentukan pengertian bahwa 2 zat yang
lebih sederhana (misalnya : CuCl2 dan NH3) bergabung
menjadi senyawa yang lebih kompleks.
Reaksi
senyawa kompleks :
C3H8O3
+ CuSO4 + NaOH à
(C3H5OCuNa)2 . 3H2O
(Petrucci,1993)
2.8
Analisa Bahan
2.8.1 Formalin
Suatu formaldehida, tidak berwarna, mudah larut dalam
air. Larutan formaldehida 40% dalam air disebut formalin yang digunakan dalam
pengawetan cairan dan jaringan.
(Petrucci, 1992)
2.8.2 Glukosa
Suatu monosakarida dengan rumus
C6H12O6 merupakan kristal putih, berasal manis dan disebut juga D-glukosa /
dekstrosa karena bersifat aktif optis.
(Mulyono,
2001)
2.8.3 Pereaksi Schiff
Merupakan larutan
dari fuchsin asam di dalam air yang telah didekolorisasi oleh gas SO2.
Komposisinya fuchsin, Na2S, 500 mL air dan HCl. Digunakan untuk
menguji aldehid.
(Mulyono,
2001)
2.8.4
Pereaksi Tollens
Sering juga disebut
perak amoniakal yang merupakan campuran AgNO3 dan amonia yang
berlebihan. Jika bereaksi dengan monosakarida yang mengandung gugus aldehid
akan menghasilkan cermin perak.
(Fessenden, 1986)
2.8.5
Fehling A
Fehling A berisi larutan CuSO4, bersifat cair,
berwarna biru, titik didih 99,9 ºC, titik lebur -0,1 oC,
larut dalam air, dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, tidak mudah
terbakar.
(Ensiklopedia umum, 1999)
2.8.6
Fehling B
Fehling B berisi
larutan NaOH dan KNa tartrat, tidak berwarna, berbau, titik didih 103 oC,
titik lebur -10 oC.
(Ensiklopedia umum, 1999)
2.8.7 Gliserol
Alkohol
terdehidrasi dengan rumus kimia C3H5(OH)3 cairan
seperti sirup tak berwarna, titik didih 290 ºC dan titik leleh 18 ºC.
(Mulyono, 2001)
2.8.9
NaOH
Padatan putih,
senyawa basa kuat, titik lebur 318 ºC, titik didih 1390 ºC, mudah menyerap air
dan CO2 di udara.
(Basri, 1996)
2.8.10 Aseton
Keton suku rendah
yang merupakan zat cair yang mudah larut dalam air, berbau menyengat, titik
didih 56 ºC mudah menguap dan terbakar.
(Petruci, 1993)
2.8.11
Benedict
Larutan yang
mengandung Cuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Jika direaksikan
dengan aldehid dan dipanaskan akan dihasilkan Cu2O.
(Suminar, 1994)
2.8.12
Etanol
Komponen aktif dari bir, anggur dan wisky. Dihasilkan
dari peragian karbohidrat.
(Keenan, 1990)
2.8.13
Anilin
Strukturnya C6H5NH2,
Zat cair seperti minyak, tidak berwarna, dapat terbakar dan dibuat melalui
reduksi nitrobenzen.
(Mulyono, 2001)
2.8.14
Asam Benzoat
Asam organik dengan
rumus C6H5COOH, titik leleh 122,4 ºC, titik
didih 1,27 ºC, zat pengawet makanan.
(Mulyono, 2001)
2.8.15 Asam Asetat
Zat
cair tidak berwarna, bau khas menusuk, asam organic lemah, mempunyai rumus CH3COOH.
(Mulyono, 2001)
2.8.16 NH4Cl
Garam basa karena
hasil reaksi NH3 dengan HCl digunakan untuk pengisi batu baterai dan
bahan pupuk.
(Basri, 1996)
2.8.17 CuSO4
Larut dalam air,
berwarna putih/kuning, digunakan sebagai cairan dendehidrasi, bereaksi dengan
Zn.
(Mulyono, 2001)
2.8.18 HCl
Asam kuat, tidak berwarna,
berbau tajam, titik didih 85 ºC, dan titik leleh 144 ºC.
(Mulyono, 2001)
2.8.19 H2SO4
Mengandung asam 98 %
, dapat bercampur dengan air, tidak berwarna.
(Vogel, 1990)
2.8.20 Asetaldehid
Asetaldehid dengan
titik didih sekitar temperatur kamar (20 ºC) juga lebih mudah untuk disimpan
atau diangkut dalam bentuk trimer atau titramer siklik, Asetaldehida juga
digunakan sebagai zat antara dalam sintesis asam asetat, anhidrida asetat, dan
senyawa-senyawa lain dalam industri.
(Fessenden, 1986)
2.8.21 NH3
Senyawa gas, tidak berwarna,
berbau menyengat, larut dalam air dan menghasilkan larutan alkali yang
mengandung amonium hidroksida. Amonia disintesanitrogen dan hidrogen dengan
menggunakan proses hober. Digunakan sebagai larutan pendingin. Gas NH3
digunakan sebagaipemula dalam pembuatan asam nitrat dan senyawa nitrat.
(Basri, 1995)
2.8.22 Aquades
Zat cair tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
Titik didih 100 °C dan titik beku 0 °C. Dapat pula berwujud padat dan gas.
Merupakan pelarut yang baik.
(Basri, 1996)
2.8.23 Natrium Nitroprusid
Berat molekul 261,198 g/mol,rumus molekul C5FeN6Na2O
.
(Ensiklopedia Umum, 1999)
III.
METODE
PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
-
Tabung reaksi
-
Gelas ukur
-
Pipet tetes
-
Drupple plat
-
Pemanas
-
Penjepit
3.1.2
Bahan
-
Formalin
-
Glukosa
-
Reagen Schiff
-
Reagen Tollens
-
Reagen Fehling A
-
Reagen Fehling B
-
Reagen Benedict
-
Etanol
-
Asam Asetat
-
Asam Benzoat
-
H2 SO4
-
Larutan NaOH
-
Aseton
-
Gliserol
-
HCl
-
Natrium-nitrpprusid
-
NH4Cl
-
Amonia
-
Amonium Klorida
-
Larutan CuSO4
3.2 Gambar Alat
Tabung reaksi gelas
ukur pipet tetes
Drupple plat Pemanas Penjepit
3.3 Skema Kerja
3.3.1
Identifikasi gugus aldehid alifatik
a.
Uji Schiff
b.
Uji Tollens
c.
Uji Fehling
d.
Uji Benedict
3.3.2 Identifikasi Gugus Hidroksil
a.
Identifikasi Alkohol
Primer
b.
Identifikasi Alkohol
Lain
3.3.3
Identifikasi Senyawa Karboksil
3.3.4 Identifikasi Senyawa Keton
IV.
DATA PENGAMATAN
NO
|
PERLAKUAN
|
HASIL
|
KET
|
1.
|
Identifikasi Gugus
Aldehid Alifatik
a)
Uji Schiff
-
Tabung reaksi I
:
1 mL Formalin + 2 tetes pereaksi Schiff
-
Tabung reaksi II :
1 mL Glukosa + 1 tetes pereaksi Schiff
|
Ungu
Ungu kemerahan
|
+
+
|
|
b)
Uji Tollens
-
Formalin 1 mL + 5 tetes Tollens A + 5 tetes Tollens B
AgNH3 + NaOH à Ag(OH)2 + NaNH3
|
Hitam, terdapat endapan perak dipermukaan
|
+
|
|
c)
Uji Fehling
-
Formalin 1 mL + Fehling A&B 1 mL CH3CH2OH
+ Cu2+ + NaOH + H2O à CH3CH2COONa
+ CuO + H+
|
Berubah dari biru
menjadi orange
|
+
|
|
d)
Uji Benedict
-
Tabung Reaksi I :
Formalin 1 mL + 1 ml
larutan Benedict
-
Tabung Reaksi II :
Formalin 1 mL + 2 tetes
larutan Benedict
|
Hijau
dan terbentuk endapan.
Abu-abu.
|
+
-
|
2.
|
Identifikasi Gugus
Hidroksil
a) Identifikasi Alkohol
Primer
-
Tabung reaksi I :
1 mL Etanol +
1 mL Asam Asetat + H2SO4
(pemanasan)
-
Tabung reaksi II :
1 mL Etanol + Asam Benzoat + H2SO4,
(pemanasan)
|
Wangi permen karet yang menyengat.
Wangi permen karet tidak menyengat.
|
+
+
|
|
b) Identifikasi Alkohol
lain
Gliserol CuSO4àGliserol + CuSO4+
NaOH
C3H8O3
+ CuSO4 NaOH à [C3H5O3.CuNa]2
+ + 3H2O
|
Sebelum ditambahkan
CuSO4 larutan berwarna hijau kekuningan, setelah ditambahkan CuSO4
larutan menjadi biru hijau kekuningan.
|
+
|
3.
|
Identifikasi Senyawa
Keton
Aseton +Na-Nitrophussid
+ NH4Cl + NH3 lalu didiamkan.
|
Ungu muda
|
+
|
V. PEMBAHASAN
5.1
Identifikasi Gugus Aldehid Alifatik
a) Uji
Schiff
Suatu pereaksi Schiff yang tidak berwarna direaksikan
dengan senyawa kelompok aldehid,maka akan menghasilkan warna ungu. Pereaksi
Schiff tidak dapat bereaksi dengan kelompok aldehid dalam bentuk hidrat dan
aldosa. Pereaksi Schiff digunakan untuk menunjukan adanya gugus aldehid.
Pereaksi ini berasal dari zat warna Fuschin yang warnanya telah hilang karena
penambahan SO2 dan H2SO4.
Pada percobaan ini digunakan bahan formalin dan glukosa
sebagai bahan pembanding. Formalin dan glukosa dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berbeda,kemudian masing-masing ditambahkan 1-2 tetes Pereaksi
Schiff. Perubahan yang terjadi adalah pada tabung yang berisi Formalin warnanya
menjadi ungu dan menunjukan bahwa formalin mengandung gugus aldehid alifatik, pada
glukosa pun demikian terbentuk warna ungu kemerah-merahan membuktikan bahwa
dalam glukosa mengandung gugus aldehid. Perubahan ini dihasilkan dari formalin
yang merupakaan gugus aldehid.
Reaksinya:
(Keenan,
1986)
b) Uji Tollens
Pereaksi Tollens digunakan untuk membuktikan adanya gugus aldehid bersifat
reduktor. Reaksi tersebut menunjukan hasil positif jika terbentuk endapan
cermin perak. Kandungan Tollens A terdiri dari AgNO3 dan Tollens B
terdiri dari NH3 berelebih, sehingga jika dicampurkan endapan
menjadi larut.
Formalin 1 mL di
dalam tabung reaksi ditetesi 5 tetes Tollens A dan Tollens B lalu digojog.
Penggojogan berfungsi untuk menimbulkan tumbukan antar partikel yang dapat
mempercepat terjadinya reaksi antara formalin dengan pereaksi Tollens. Kemudian
larutan yang telah digojog dipanaskan sampai timbul gelembung. Pemanasan
berfungsi untuk mempercepat reaksi. Perubahan yang terjadi warna formalin
berubah menjadi hitam dan terbentuk cermin perak di permukaan. Pemanasan
dilakukan untuk mengoksidasi aldehid sehingga terbentuk gugus karboksil (COO-
). Reaksinya:
+
Ag(NH3)OH à H-COONH4 + Ag + H2O
(Fessenden,
1986)
c)
Uji Fehling
Pereaksi fehling terdiri atas dua larutan :
-
Fehling A :
terdiri dari larutan CuSO4
-
Fehling B : terdiri
dari Kalium natrium nitrat dan Natrium hidroksida.
Bila Fehling A dan Fehling B dicampur dengan volume yang
sama maka dihasilkan larutan biru tua.
Pada Percobaan ini digunakan larutan formalin. Setelah
formalin dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan reagen Fehling
A & Fehling B masing-masing 1 mL. Lalu dipanaskan diatas Bunsen, terjadi
perubahan warna menjadi orange dan terjadi endapan. Pemanasan dilakukan karena
pereaksi fehling kurang stabil pada larutan dingin (temperatur rendah) sehingga
dibutuhkan pemanasan agar Fehling stabil. Perubahan warna terjadi karena
senyawa aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat dan terbentuk endapan Cu2O
berwarna merah bata.
Reaksinya :
+ Cu2+ + NaOH H-COONa + Cu2O + 2H+
(Fessenden, 1986)
d) Uji Benedict
Kandungan benedict
terdiri atas larutan tembaga sulfat (CuSO4), Natrium karbonat ( Na2SO3),
dan Natrium sitrat. Pada uji ini tabung reaksi I dicampurkan formalin dengan
pereaksi benedict dengan perbandingan jumlah yang sama 1:1 yang kemudian
dipanaskan. Hasilnya hijau dan terdapat endapan sedangkan tabung kedua larutannya
warna biru bening menjadi abu-abu. Bila dipanaskan bersama senyawa aldehid akan
terjadi oksidasi menjadi asam karboksilat, sedang pereaksi benedict akan
mengalami reduksi Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung
reaksi. Di tabung reaksi II dicampur formalin dengan penambahan 2 tetes
pereaksi benedict dan dipanaskan, tidak terjadi perubahan. Hal ini terjadi
karena larutan hanya bisa bereaksi jika perbandiangannya sama, dan ini juga
membuktikan bahwasannya apada larutab formalin terdapat gugus aldehida.
Reaksinya
:
+ Cu2+ + H2O
+ Na+ H-COONa + Cu2O
+ 2H+
(Ridwan, 1989)
5.2 Identifikasi
Gugus Hidroksil
a. Identifikasi Alkohol Primer
Pada percobaan ini
menggunakan bahan uji asam asetat dan asam benzoat sebagai pembanding, didapatkan
hasil bahwa pada tabung pertama yang diisikan asam asetat menghasilkan bau yang
menyengat, sedangkan pada tabung pada tabung reaksi kedua yang ditambah asam
benzoat dan H2SO4, fungsi dari H2SO4 sebagai katalis
yaitu untuk mempercepat reaksi. Setelah itu dipanaskan hasilnya tidak
menimbulkan bau yang menyengat. Pemanasan adalah untuk mempercepat laju reaksi
karena adanya tambahan energi berupa panas sehingga reaksipun cepat
berlangsung.
-
Katalis mempercepat
laju reaksi ke arah produk maupun ke arah pereaksi, sehingga menghasilkan
rendemen produk lebih cepat (rendemen produk tidak lebih banyak daripada reaksi yang tanpa katalis)
-
Katalis dapat menurunkan energi pengaktifan
dengan cara menyediakan mekanisme reaksi yang
berbeda yang memiliki jalur energi pengaktifan lebih rendah.
Reaksi pada tabung reaksi I :
(Fessenden,1986)
Reaksi pada tabung
reaksi II :
(Fessenden,1986)
b. Identifikasi
alkohol lain
Pada percobaan ini
digunakan larutan gliserol yang merupakan senyawa polialkohol. Larutan gliserol
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan CuSO4.
Kemudian larutan di tambahkan NaOH. Penambahan CuSO4 membuat warna
menjadi biru, sedangkan penambahan NaOH membuat larutan menjadi berwarna hijau
kekuningan. Pada awalnya (setelah penambahan CuSO4), terbentuk dua
lapisan yang berbeda. Lapisan atas berwarna kebiruan sedangkan lapisan bawahnya
bening. Setelah dilakukan pengocokan dan penambahan CuSO4 barulah
terbentuk warna biru hijau kekuningan yang merata pada seluruh larutan. Pengocokkan bertujuan untuk mempercepat
terjadinya tumbukan antar partikel gliserol, CuSO4 dan NaOH karena
pengocokkan mengakibatkan timbulnya tumbukan yang cukup banyak. Reaksinya :
C3H8O3
+ CuSO4 + NaOH [C3
H5 O3.CuNa]2 + 3H2O + H2SO4
Atom pusat : Cu (atom pusat merupakan unsur transisi)
Ligan : Na
(Fessenden,1986)
5.3 Identifikasi
Senyawa Keton
Percobaan ini
dilakukan dengan mencampurkan aseton dengan natrium-Nitroprussid, ammonium
klorida dan ammonia, setelah itu campuran dan didiamkan Larutan didiamkan
beberapa saat agar larutan yang bercampur dapat menjadi stabil. Warna larutan
tersebut berubah menjadi ungu muda karena terbentuknya senyawa kompleks. Hal ini dikarenakan adanya donor e- dari
atom pusat yaitu Fe, dan yang berperan menjadi ligan adalah aseton.
Reaksinya adalah :
(Fessenden,1986)
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
-
Senyawa dapat
dikelompokan berdasarkan gugus fungsinya, diantaranya alkohol (memiliki gugus
hidroksil), eter, aldehid, keton (memiliki gugus karbonil), asam karboksilat
(memiliki gugus karboksil), dan ester.
-
Senyawa dengan
gugus fungsi tertentu reaktif terhadap reaksi tertentu. Senyawa aldehid reaktif
dengan pereaksi schiff, tollens, benedict dan fehling. Senyawa alkohol dan
karboksilat bereaksi membentuk ester melalui reaksi esterifikasi. Keton
bereaksi dengan Natrium-nitroprusid, amonium klorida, dan amonia sesuai dengan
uji rothera.
6.2 Saran
- Sebelum praktikum dimulai, alat dan bahan
yang akan digunakan dalam praktikum dicek terlebih dahulu.
- Pastikan alat dan bahan yang kita dapatkan
dalam keadaan bagus.
- Saat pemanasan, tabung reaksi dicondongkan
ke arah yang berlawanan dengan praktikum.
- Praktikan harus bekerja dengan teliti dan
konsentrasi yang tinggi agar mendapatkan hasil yang memuaskan.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James, 1994, Kimia
Universitas-Asas dan Struktur (Edisi
ke-5, jilid ke-1), Erlangga, Jakarta.
Chang, Raymond, 2004, Chemistry,
Mc Graw Hill, Inc ( Petrucci,1985).
Fessenden, Ralph J, 1986, Organic Chemistry (Edisi ke-2), Willard Grant Press Publisher, USA.
Hart, Harold, 2003, Organik
Chemistry – a short course, Erlangga, Jakarta.
Keenan and Kleinfelter, Wood, 1980, Kimia Universitas, Erlangga, Jakarta.
Petrucci, Ralph H, 1992, General Chemistry, Erlangga,
Jakarta.
Purba, Michael, 1994, Kimia
II, Erlangga, Jakarta.
Ridwan, S, Drs, 1989, Kimia
Organik, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Sumardjo, Damin, 2005, Petunjuk Praktikum Kimia Dasar, Undip Press, Semarang.
Wade, L. G. Jr, 1987, Organic
Chemistry, PrenticeHall Inc, USA.
No comments:
Post a Comment