BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam pengertian sehari-hari, bernafas sekedar diartikan sebagai proses
pertukaran gas di paru-paru. Tetapi secara biologis, pengertian respirasi
tidaklah demikian. Pernafasan lebih menunjuk kepada proses pembongkaran atau
pembakaran zat sumber energi di dalam sel-sel tubuh untuk memperoleh energy atau
tenaga. Zat makanan sumber tenaga yang paling utama adalah karbohidrat.
Respirasi tidak hanya terdapat pada hewan dan manusia tetapi , juga terdapat
pada tumbuhan . Tumbuhan juga menyerap O2 untuk pernafasannya, umumnya diserap
melalui daun (stomata). Pada keadaan aerob, tumbuhan melakukan respirasi aerob.
Bila dalam keadaan anaerob atau kurang oksigen, jaringan melakukan respirasi
secara anaerob. Misal pada akar yang tergenang air. Pada respirasi aerob,
terjadi pembakaran (oksidasi) zat gula (glukosa) secara sempurna, sehingga
menghasilkan energi jauh lebih besar (36 ATP) daripada respirasi anaerob (2 ATP
saja). Demikian pula respirasi yang terjadi pada jazad renik (mikroorganisma).
Sebagian mikroorgaanisme melakukan respirasi aerobik (dengan zat asam),
anerobik (tanpa zat asam) atau cara keduanya (aerobik fakultatif).
Respirasi merupakan bagian penting di dalam kehidupan tumbuhan untuk
beradaptasi dengan lingkungan nya. Dengan demikian diharapkan dapat
mengetahui bagaimana tahapan respirasi sebenarnya pada tumbuhan dengan
harapan dapat memperoleh manfaat pengetahuan dan memperkaya khasanah ilmu
pendidikan .
1.2.Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menyelesaikan tugas terstruktur
dari mata kuliah Fisiologi Tumbuhan . Selain itu bertujuan untuk mengetahui
tahapan-tahapan respirasi yang terjadi di dalam tumbuhan .
BAB II
ISI
2.1. Pengertian respirasi
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa senyawa
organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya
adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang
diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat
respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi,
atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif
banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan
metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam
reaksi-reaksi respirasi
Respirasi
yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi
melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan
energi kimia ATP untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme),gerak,
dan pertumbuhan.
Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, rspirasi dapat dibedakan menjadi
respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen bebas untuk
mendapatkan energi dan respirasi anaerob atau biasa disebut dengan proses
fermentasi yaitu respirasi yang tidak menggunakan oksigen namun bahan bukunya
adalah seperti karbohidrat, asam lemak, asam amino sehingga hasil respirasi
berupa karbondioksida, air dan energi dalam bentuk ATP.
Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel
tumbuhan tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi yang penting lainnya
diantaranya adalah beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa;
pati; asam organik; dan protein (digunakan pada keadaan & spesies
tertentu).
Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + O2 6CO2 + H2O
+ energy
Reaksi di atas merupakan persamaan
rangkuman dari reaksi-reaksi yang terjadi dalam proses respirasi. Contoh:
Respirasi pada Glukosa, reaksi sederhananya:
C6H1206 + 6 02 ——> 6
H2O + 6 CO2 + Energi
2.2. Alat Respirasi Tumbuhan
Seperti dijelaskan sebelumnya, proses respirasi diawali dengan proses
pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida melalui alat pernapasan. Alat
pernapasan tumbuhan letaknya tersebar. Tumbuhan dapat melakukan pertukaran gas
melalui stomata, lenti sel, dan rambut akar. Pada tumbuhan tertentu, pernapasan
melalui alat khusus, misalnya akar napas pada tumbuhan bakau maupun beringin.
Berikut ini akan dijelaskan alat-alat pernapasan tumbuhan.
2.2.1.Stomata
Stomata atau mulut daun terdiri atas celah atau lubang yang dikelilingi oleh dua sel penjaga dan terletak di daun. Stomata berfungsi sebagai tempat pertukaran gas pada tumbuhan, sedangkan sel penjaga berfungsi untuk mengatur, membuka dan menutupnya stomata. Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup saat hari gelap.
Membuka dan menutupnya stomata dipengaruhi oleh kandungan air dan ion
kalium di dalam sel penjaga. Ketika sel penjaga memiliki banyak ion kalium, air
dari sel tetangga akan masuk ke dalam sel penjaga secara osmosis. Akibatnya,
dinding sel penjaga yang berhadapan dengan celah stomata akan tertarik ke
belakang, sehingga stomata menjadi terbuka. Sebaliknya, ketika ion kalium
keluar dari sel penjaga, air dari sel penjaga akan berpindah secara osmosis ke
sel tetangga. Akibatnya, sel tetangga mengembang dan mendorong sel penjaga ke
arah celah sehingga stomata menutup.
Gambar 1. stomata
Bentuk
dan posisi stomata pada daun beragam, tergantung spesies tumbuhannya. Secara
teknis, yang dimaksud dengan stomata adalah celah yang ada diantara dua sel penjaga
(guard cell), sedangkan aparatus stomata adalah kedua sel penjaga tersebut.
Berdampingan dengan sel penjaga terdapat sel-sel epidermis yang juga telah
termodifikasi, yang disebut sebagai sel pendukung (subsidiary cell).
Dalam
proses transpirasi, air menguap dari dinding sel parenkhima palisade dan parenkhima spongy ke ruang interseluler. Kedua jenis sel-sel parenkhima ini secara kolektif
disebut sebagai sel-sel mesofil. Rongga udara yang relativ luas yang berada di
bawah posisi stomata di dalam daun disebut sebagai rongga substomatal.
Stomata
umumnya terdapat pada permukaan bawah daun. Tetapi ada beberapa spesies
tumbuhan di mana stomata dapat dijumpai pada kedua permukaan daunnya (atas dan
bawah). Ada pula tumbuhan yang hanya mempunyai stomata pada permukaan atas
daunnya, misalnya pada bunga lili air. Untuk tumbuhan dalam air tidak memiliki
stomata sama sekali.
Sel
penjaga pada tanaman dikotil umumnya berbentuk seperti sepasang ginjal.
Keunikan dari sel penjaga ini adalah bahwa serat halus selulosa (cellulose microfibril) pada dinding selnya tersusun melingkari sel penjaga, pola susunan yang
demikian disebut sebagai miselasi radial (radial micellation). Karena serat selulosa ini relatif tidak elastis, maka jika sel penjaga
menyerap air, maka sel ini tidak dapat membesar diameternya, tetapi dapat
memanjang. Karena sepasang sel penjaga ini melekat satu sama lain pada kedua
ujungnya, maka jika keduanya memanjang (akibat menyerap air) maka keduanya akan
melengkung ke arah luar. Kejadian ini akan menyebabkan celah stomata membuka.
2.2.2. Lentisel
Pada tumbuhan dikotil, selain kambium intervasikuler yang membentuk xilem dan
floem sekunder ada juga kambium gabus yang menghasilkan parenkima gabus dan
lapisan gabus. Lapisan gabus akan menggantikan epidermis. Lapisan gabus terdiri
atas sel-sel mati dan membantu melindungi batang. Kambium gabus, parenkima
gabus, dan lapisan gabus akan mengelupas dan lepas sebagai bagian kulit.
Akibatnya, timbul lubang-lubang di batang yang disebut lentisel. Lentisel
memungkinkan sel-sel tetap hidup di dalam batang melalui pertukaran gas dengan
udara luar.
Gambar 2 lentisel
2.2.3. Rambut Akar
Selain untuk menghisap air dan garam-garam mineral, rambut akar berfungsi
sebagai alat pernapasan. Sel-sel rambut akar akan mengambil oksigen pada
pori-pori tanah.
Gambar 3. Akar beserta
bagian nya
v Akar adalah salah satu bagian pokok tubuh tumbuhan
berkormus dan merupakan organ vegetatif tumbuhan.
v Fungsi akar, yaitu
1.menopang berdirinya tubuh tumbuhan
2. menyerap air dan unsur hara
3. untuk bernafas
4. tempat menyimpan zat makanan yaitu sebagai cadangan makanan
5. alat perkembangbiakan
1.menopang berdirinya tubuh tumbuhan
2. menyerap air dan unsur hara
3. untuk bernafas
4. tempat menyimpan zat makanan yaitu sebagai cadangan makanan
5. alat perkembangbiakan
v Ciri-ciri akar,
yaitu
-akar tidak memiliki buku, ruas, daun, bunga, dan buah
-arah pertumbuhan akar menuju ke pusat bumi atau ke arah sumber air dan menjauhi sinar matahari
-pertumbuhan ujung akar lebih lambat dibandingkan batang
-ujung akar tumbuh terus dan tidak dapat dipisahkan dari pangkalnya
-ujung akar berbentuk runcing sehingga memudahkan untuk menembus tanah
-akar tidak memiliki buku, ruas, daun, bunga, dan buah
-arah pertumbuhan akar menuju ke pusat bumi atau ke arah sumber air dan menjauhi sinar matahari
-pertumbuhan ujung akar lebih lambat dibandingkan batang
-ujung akar tumbuh terus dan tidak dapat dipisahkan dari pangkalnya
-ujung akar berbentuk runcing sehingga memudahkan untuk menembus tanah
v Bagian-bagian akar
a. pangkal atau leher akar
b. ujung akar
c. tubuh atau batang akar
d. cabang-cabang akar
e. akar rambut/serabut akar
f. bulu-bulu akar/rambut-rambut akar
g. tudung akar
a. pangkal atau leher akar
b. ujung akar
c. tubuh atau batang akar
d. cabang-cabang akar
e. akar rambut/serabut akar
f. bulu-bulu akar/rambut-rambut akar
g. tudung akar
2.2.4. Alat Pernafasan Khusus
Kemampuan tumbuhan beradaptasi terhadap lingkungan menghasilkan alat pernapasan
khusus. Tumbuhan bakau yang hidup di lingkungan air laut mempunyai akar yang
tumbuh ke atas permukaan tanah untuk memperoleh oksigen dan mengeluarkan karbon
dioksida. Akar tersebut disebut akar napas.
Pohon beringin dan anggrek mempunyai akar gantung untuk bernapas. Akar tersebut tumbuh dari batang dan menggantung kearah tanah. Pada saat masih menggantung, akar ini menyerap uap air dan gas dari udara. Akan tetapi setelah masuk ke tanah, akar tersebut berfungsi menyerap air dan garam mineral. Tumbuhan yang hidup di air seperti enceng gondok dan kangkung, batangnya mempunyai rongga-rongga udara yang besar berfungsi untuk menyalurkan oksigen.
Pohon beringin dan anggrek mempunyai akar gantung untuk bernapas. Akar tersebut tumbuh dari batang dan menggantung kearah tanah. Pada saat masih menggantung, akar ini menyerap uap air dan gas dari udara. Akan tetapi setelah masuk ke tanah, akar tersebut berfungsi menyerap air dan garam mineral. Tumbuhan yang hidup di air seperti enceng gondok dan kangkung, batangnya mempunyai rongga-rongga udara yang besar berfungsi untuk menyalurkan oksigen.
2.3. Tahapan Respirasi di dalam
Organel dan Sel
Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen,
respirasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
2.3.1 Respirasi Aerobik (aerob)
Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk
mendapatkan energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob secara sederhana
dapat dituliskan:
C6H12O6 +
6H2O >> 6H2O + 6CO2 + 675 kal
Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan yang
terjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi itu dapat dibedakan
menjadi 3 tahapan yaitu glikolosis, siklus krebs dan transport elektron
(syamsuri, 1980).
2.3.1.1.Glikolisis
Pada tahap awal dari glikolisis (dari kata latin, glykos = gula; lysis =
pemecahan), karbohidrat diubah menjadi heksosa fosfat, yang kemudian dipecah
menjadi dua molekul triosa fosfat. Selanjutnya kedua molekul triosa fosfat
tersebut dioksidasi menjadi dua molekul piruvat. Disamping menyiapkan substrat
untuk oksidasi dalam siklus asam sitrat, glikolisis juga menghasilkan sejumlah
kecil ATP dan NADH.
Ketika
oksigen molekular tidak tersedia, seperti pada akar tumbuhan yang terendam,
glikolisis dapat menjadi sumber energi utama bagi sel. Dalam kondisi seperti
ini, fermentasi yang berlangsung di dalam sitosol, mendaur ulang NADH yang dihasilkan dari
glikolisis dengan cara mereduksi piruvat.
Glikolisis terjadi pada semua organisme (prokariot dan eukariot). Secara
prinsip reaksi-reaksi dalam glikolisis dan fermentasi dalam tumbuhan hampir
sama dengan yang terjadi dalam sel hewan (Gambar 2). Tetapi glikolisis pada
tumbuhan memiliki mekanisme pengaturan yang khas, berlangsung secara paralel
antara glikolisis sitotol dan plastida, serta jalur-jalur alternatif dari
reaksi-reaksi glikolisis di dalam sitosol. Pada hewan, substrat utama respirasi
adalah glukosa dan produk akhirnya adalah piruvat. Pada tumbuhan, sukrosa
merupakan bentuk gula utama yang ditranslolasikan dan oleh karenanya merupakan
jenis gula utama yang diimpor oleh jaringan/organ non fotositesis, maka sukrosa
diyakini merupakan substrat utama respirasi tumbuhan dan hasil akhirnya tidak
hanya piruvat, tetapi juga dapat berupa asam organik lainnya yaitu malat.
Pada tahap awal
glikolsis, sukrosa dipecah menjadi dua monosakarida, glukosa dan fruktosa, yang
dapat segera masuk ke lintasan glikolisis. Terdapat dua lintasan yang memecah
sukrosa di dalam tumbuhan. Pertama, pada sebagian besar jaringan tumbuhan, enzim sukrosa sintase yang ada di dalam
sitosol, digunakan untuk memecah sukrosa dengan cara menggabungkan sukrosa
dengan UDP menjadi fruktosa dan UDP-glukosa. Kemudian enzim
UDP-glukosa-pirofosforilase mengubah UDP-glukosa dan pirofosfat (PPi) menjadi
UTP dan glukosa-6-fosfat (Gambar 2). Kedua, pada beberapa jaringan tumbuhan, enzim invertase yang terdapat pada
dinding sel, vakuola atau sitosol menghidrolisis sukrosa menjadi dua heksosa,
yaitu fruktosa dan glukosa, yang kemudian difosforilasi dalam suatu reaksi yang
menggunakan ATP.
Plastida, seperti kloroplas dan amiloplas, dapat juga menyediakan substrat
untuk glikolisis. Pati disintesis dan dipecah hanya di dalam plastid. Plastid
mengubah pati menjadi triosa fosfat menggunakan enzim-enzim glikolisis yang
mengubah heksosa fosfat menjadi triosa fosfat. Senyawa karbon yang diperoleh
dari pemecahan pati masuk ke dalam lintasan glikolisis di dalam sitosol.
Senyawa karbon tersebut terutama dalam bentuk heksosa fosfat yang
ditranslokasikan dari amiloplas atau triosa fosfat yang ditranslokasikan dari
kloroplas. Hasil fotosintesis dapat juga langsung masuk lintasan glikolisis
dalam bentuk triosa fosfat.
Pada
tahap awal glikolisis, tiap unit heksosa difosforilasi dua kali dan dipecah
menjadi dua molekul triosa fosfat. Bergantung apakah pemecahan tersebut
menggunakan enzim sukrosa sintase atau invertas, serangkaian reaksi pemecahan
tersebut menggunakan dua sampai empat molekul ATP untuk tiap unit sukrosa. Reaksi-reaksi
tersebut juga melibatkan dua dari tiga reaksi tidak dapat balik penting dari
lintasan glikolisis yang dikatalisis oleh enzim heksokinase dan
fosfofruktokinase . Reaksi fosfofruktokinase adalah satu dari titik kendali
glikolisis baik pada tumbuhan maupun hewan.
Ketika
molekul gliseraldehid-3-fosfat terbentuk, lintasan glikolisis memulai memanen
energi pada tahap pemanenan energi dari glikolisis. Enzim
gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase mengkatalisis oksidasi aldehid untuk
membentuk asam karboksilat dan mereduksi NAD+ menjadi NADH.
Reaksi tersebut melepas energi bebas dalam jumlah cukup untuk melakukan
fosforilasi gliseraldehid-3-fosfat menggunakan fosfat inorganik dan membentuk
1,3-bisfosfogliserat. Molekul ini merupakan suatu pemberi gugus fosfat yang
cukup kuat karena memiliki standar energi bebas untuk hidrolisis yan gcukup
tinggi (-49.3 kJ per mol atau –11.8 kkal per mol).
Pada
tahap berikutnya gugus fosfat dari ato carbon ke 1 dari 1,3-bisfosfogliserat
dipindhakan ke molekul ADP untuk membentuk ATP dan molekul 3-fosfogliserat.
Untuk tiap sukrosa yang masuk glikolisis akan dihasilkan empat ATP dari reaksi
ini. Sintesis ATP dengan cara tersebut disebut fosforilasi
tingkat substrat, yang melibatkan pemindahan langsung sebuah gugus fosfat dari
molekul substrat ke ADP untuk membentuk ATP. Sintesis ATP melalui proses ini
berbeda mekanismenya dengan sintesis ATP melalui fosforilasi oksidatif di
mitokondria atau sintesis ATP pada proses fotosintesis.
Pada dua
reaksi berikutnya, fosfat dari molekul 3-fosfogliserat dipindahkan ke ataom
karbon ke dua dan kemudian sebuah molekul air dilepas menghasilkan senyawa yang
disebut fosfoenol piruvat (PEP). Gugus fosfat dari PEP memiliki standar energi
bebas yang tinggi (-61.9 kJ per mol atau –14.8 kkal per mol), sehingga PEP
merupakan suatu donor fosfat yang baik untuk membentuk ATP. Dengan menggunakan
PEP sebagai substrat, enzim piruvat kinase memindahkan gugus fosfat dari PEP ke
ADP untuk membentuk ATP dan piruvat. Tahap terahir ini, yang merupakan tahap
tidak dapat balik ketiga yang penting dalam glikolisis, menghasilkan empat
molekul ATP untuk tiap molekul sukrosa yang masuk ke dalam lintasan glikolisis.
Di dalam
tumbuhan, selain PEP diubah ke bentuk piruvat, PEP juga dapat mengalami
karboksilasi untuk membentuk asam organik oksaloasetat (OAA) dengan bantuan
enzim PEP karboksilase. OAA kemudian direduksi menjadi malat dengan bantuan
enzim malat dehidrogenase dan menggunakan NADH. Malat yang dihasilkan dapat
disimpan di dalam vakuola atau ditransport ke mitokondria dan masuk ke siklus
asam sitrat.
Gambar 4. Proses
Glikolisis
2.3.1.2 Siklus krebs
Selama abad ke 19, ahli-ahli biologi meneliti pengaruh keberadaan oksigen
terhadap metabolisme respirasi. Pada kondisi tidak ada oksigen, sel memproduksi
etanol atau asam laktat, sementara apabila ada oksigen, sel mengkonsumsi
oksigen dan meproduksi CO2 dan H2O. Pada tahu 1937,
seorang ahli kimi Inggris kelahiran Jerman, Hans A. Krebs, melaporkan
penelitiannya tentang siklus asam sitrat (juga disebut siklus asam
trikarboksilat atau siklus Krebs). Siklus asam sitrat menerangkan bagaimana
piruvat diubah menjadi molekul CO2 dan H2O dalam
suatu rangkaian reaksi kimia yang bersiklus. Siklus asam sitrat berlangsung di
dalam matriks mitokondria.
Siklus asam sitrat disebut juga siklus asam trikarboksilat untuk menunjukkan
pentingnya dua molekul trikarboksilas, citrat dan isositrat, sebagai dua
intermediet pertama dari siklus ini. Untuk berlangsungnya siklus asam sitrat,
piruvat yang dihasilkan dari glikolisis harus ditrasport ke dalam matriks
mitrokondria melalui protein transport khusus yang terdapat pada membran dalam
mitrokondria. Setelah piruvat ada di dalam matriks, piruvat kemudian
didekarboksilasi dalam suatu reaksi opksidasi oleh ensim piruvat dehidrogenase.
Hasil dari reaksi ini adalah NADH, CO2 dan asam asetat dalam
bentuk asetil koA. Piruvat dehidrogenase merupakan kompleks enzim yang
mengkatalisis keseluruhan tiga proses ini, yaitu dekarboksilasi, oksidasi dan
konjugasi asam asetat dengan KoA (Gambar 4).
Pada reaksi berikutnya enzim sitrat sintase menggabungkan grup asetil dari
asetil koA dengan OAA, suatu asam dikarboksilat beratom karbon empat, untuk
menghasilkan sitrat, yang kemudian diisomerasi oleh enzim aconitase untuk
menghasilkan isositrat. Dua tahap reaksi berikutnya adalah reaksi
dekarbokislasi oksidatif berurutan yang masing-masing menghasilkan satu
meolekul NADH, melepas satu moelkul CO2 dan membentuk suksinil
koA. Sampai tahap ini sudah tiga molekul CO2 dilepas untuk tiap
piruvat yang masuk ke mitokondria, atau 12 molekul CO2 dari
tiap molekul sukrosa yang dioksidasi.
Tahap berikutnya adalah oksidasi suksinil koA menjadi OAA, sehingga
memungkinkan siklus asam sitrat terus berputar. Mula-mula energi bebas yang
tersedia dari ikatan tioester pada seuksinil koA disimpan di dalam ATP dari ADP
dan Pi melalui proses fosforilasi tingkat substrat yang dikatalisis oleh enzim
suksinil koA sitetase. Suksinat yang dihasilkan dioksidasi menjadi fumarat oleh
enzim suksinat edhidrogenase, yang berada pada membran dalam mitokondria dan
merupakan enzim yang juga berperan di dalam rantai transport elektron.
Elektron dan proton dilepas dari suksinat dari suatu reaksi redoks yang
melibatkan FAD (flavin adenin dinukleotida). FAD secara kovalen terikat pada
sisi aktif dari suksinat ehidrogenase dan melangsungkan reduksi FAD menjadi
FADH2. Dua tahap terakhir dari siklus asam sitrat adalah hidrasi
fumarat menjadi malat, yang selanjutnya dioksidasi oleh malat dehidrogenase
menjadi OAA dan menghasilkan satu molekul NADH. Sebagai kesimpulan, setiap
piruvat yang masuk mitokondria akan menghasilkan tiga molekul CO2,
empat molekul NADH, satu molekul FADH2 dan satu molekul ATP.
Siklus Asam Sitrat Tumbuhan Memiliki
Keunikan
Siklus asam sitrat tumbuhan (Gambar 4) tidak identik dengan siklus asam sitrat
yang terjadi pada mitokondria hewan. Sebagai contoh apda tahapan yang
dikatalisis oleh enzim suksinil koA sintetase, di tumbuhan menghasilkan ATP,
sedangkan pada hewan menghasilkan GTP.
Perbedaan yang kedua adalah adanya
aktifitas enzim NAD+-malat yang tidak dijumpai pada organisme lain.
Enzim ini mengkatalisis reaksi dekarboksilasi oksidatif dari malat menjadi
piruvat:
Malat + NAD+ →
piruvat + CO2 + NADH
Keberadaan enzim NAD+-malat memungkinkan mitokondria tumbuhan mampu
melakukan lintasan alternatif dari metabolisme PEP yang dihasilkan melalui
glikolisis. Seperti diketahui, malat dapat disintesis dari PEP di sitosol dengan
bantuan enzim PEP karboksilase dan malat dehidrogenase. Malat kemudian
ditransport ke dalam matriks mitokondria, dimana enzim NAD+-malat
dapat mengoksidasinya menjadi piruvat. Reaksi ini memungkinkan oksidasi
sempurna dari itermediat-intermediat siklus asam sitrat, seperti malat atau
sitrat.
Alternatif lain dari jalur metabolisme PEP adalah digunakannya malat sebagai
pengganti intermediat siklus asam sitrat. Malat yang masuk ke mitokondria hasil
PEP karboksilase dapat mengisi kekurnag malat akibat keluarnya intermediat
respirasi dari siklus. Misal 2 oksoglutarat dapat keluar siklus dan digunakan
dalam asimilasi nitrogen. Hal ini dapat menyebabkan kekurang malat untuk
kelangsung siklus. Adanya malat yang masuk ke matriks dari sitosol hasil metabolisme
PEP dapat memenuhi kekurangan malat tersebut, sehingga siklus tetap berjalan.
Gambar 5. Siklus Krebs
Memasuki siklus krebs, asetil KoA direaksikan dengan asam oksaloasetat (4C)
menjadi asam piruvat (6C). selanjutnya asam oksaloasetat memasuki daur menjadi
berbagai macam zat yang akhirnya menjadi asam oksalosuksinat. Dalam
perjalanannya, 1C (CO2) dilepaskan. Pada tiap tahapan, dilepaskan
energi dalam bentuk ATP dan hidrogen. ATP yang dihasilkan langsung dapat
digunakan. Sebaliknya, hidrogen berenergi digabungkan dengan penerima hidrogen
yaitu NAD dan FAD, untuk dibawa ke sistem transport elektron. Dalam tahap ini
dilepaskan energi, dan hidrogen direasikan dengan oksigen membentuk air.
Seluruh reaksi siklus krebs berlangsung dengan memerlukan oksigen bebas
(aerob). Siklus krebs berlangsung didalam mitokondria (Syamsuri, 1980).
2.3.1.3 Sistem Transpor ELektron
Energi yang terbentuk dari peristiwa glikolisis dan siklus krebs ada dua macam.
Pertama dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi, yaitu ATP atau GTP (Guanin
Tripospat). Energi ini merupakan energi siap pakai yang langsung dapat
digunakan. Kedua dalam bentuk transport elektron, yaitu NADH (Nikotin Adenin
Dinokleutida) dan FAD (Flafin adenine dinukleotida) dalam bentuk FADH2.
Kedua macam sumber elektron ini dibawa kesistem transfer elektron. Proses
transfer elektron ini sangat komplek, pada dasarnya, elektron dan H+ dan
NADH dan FADH2 dibawa dari satu substrak ke substrak yang lain
secara berantai. Setiap kali dipindahkan, energi yang terlepas digunakan untuk
mengikatkan fosfat anorganik (P) kemolekul ADP sehingga terbentuk ATP. Pada
bagian akhir terdapat oksigen sebagai penerima, sehingga terbentuklah H2O.
katabolisme 1 glukosa melalui respirasi aerobik menghasilkan 3 ATP. Setiap
reaksi pada glikolisis, siklus krebs dan transport elektron dihasilkan senyawa
– senyawa antara. Senyawa itu digunakan bahan dasar anabolisme (Syamsuri,
1980).
2.3.2 Respirasi Anaerobik (Anaerob)
Respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan
energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik menggunakan senyawa
tertentu misalnya asam fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat
hidrogen dan membentuk asam laktat atau alcohol. Respirasi anaerobik terjadi
pada jaringan yang kekurangan oksigen, akan tumbuhan yang terendam air, biji –
biji yang kulit tebal yang sulit ditembus oksigen, sel – sel ragi dan bakteri
anaerobik. Bahan baku respirasi anaerobik pada peragian adalah glukosa. Selain
glukosa, bahan baku seperti fruktosa, galaktosa dan malosa juga dapat diubah
menjadi alkohol. Hasil akhirnya adalah alcohol, karbon dioksida dan energi.
Glukosa tidak terurai lengkap menjadi air dan karbondioksida, energi yang
dihasilkan lebih kecil dibandingkan respirasi aerobik. Reaksinya :
C6H12O6 Ragi >>
2C2H5OH + 2CO2 + 21Kal
Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan. Bahkan
bakteri anaerobik seperti klostidrium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat
hidup jika berhubungan dengan udara bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika
luka tertutup sehingga member kemungkinan bakteri tambah subur (Syamsuri,
1980).
2.4. RESPIRASI PADA TUMBUHAN
Sejauh
ini kita telah membicarakan respirasi yang berlangsung pada tingkat organel dan
sel. Lalu bagaimana pengetahuan ini dapat dikaitkan dengan fungsi tumbuhan
secara keseluruhan di alam? Pada bagian ini kita akan membahas respirasi
tumbuhan dalam berbagai kondisi di alam.
2.4.1.Tumbuhan Merespirasikan Hampir Setengah dari Hasil Fotosintesis
Banyak
faktor dapat mempengaruhi laju respirasi tumbuhan atau organ tumbuhan, seperti
spesies dan kebiasaan hidup dari tumbuhan, jenis dan umur organ tumbuhan,
faktor lingkungan seperti konsentrasi oksigen, suhu, hara dan suplai air.
Laju
respirasi tumbuhan secara keseluruhan umumnya lebih rendah dibanding laju
respirasi jaringan hewan. Perbedaan ini dikarenakan volume sel tumbuhan terisi
oleh vakola yang besar dan dinding sel yang keduanya tidak memiliki
mitokondria. Akan tetapi, laju respirasi pada beberapa jaringan tumbuhan sama
tingginya dengan laju respirasi jaringan hewan. Pada kenyataannya, mitokondria
tumbuhan berespirasi lebih cepat dari mitokondria hewan.
Meskipun
secara umum tumbuhan laju respirasi yang rendah, kontribusi respirasi terhadap
keseluruhan penggunaan karbon di dalam tumbuhan sangatlah penting, kerana semua
jaringan tumbuhan berespirasi selama 24 jam per hari. Bahkan respirasi jaringan
fotosintetik dapat menggunakan sejumlah besar hasil fotosintesis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 30 – 60% hasil fotosintesis tumbuhan herba hilang
melalui respirasi. Pada pohon muda, kira-kira sepertiga dari fotosintat hilang
direspirasikan dan menjadi dua kali lipat pada pohon yang lebih tua, sebagai
akibat menurunnya rasio jaringan fotosintetik dan nonfotosintetik. Di daerah
tropik, 70-80% dari hasil fotosintesis harian hilang melalui respirasi karena
tingginya laju respirasi gelap akibat suhu malam yang tinggi.
2.4.2.Respirasi Selama Fotosintesis
Mitokondria terlibat dalam metabolisme dari organ fotosintetik, baik melalui
respirasi cahaya (fotrespirasi) maupun respirasi gelap. Fotorespirasi
menghasilkan mengoksidasi hasil fotosintesis menjadi glisin yang kemudian
dioksidasi menjadi serin di dalam mitokondria. Pada saat yang bersamaan,
mitokondria juga melakukan respirasi melalui siklus asam sitrat (respirasi
gelap).
Pada
organ fotosintetik seperti daun, aktifitas piruvat dehidrogenase dalam kondisi
cahaya menurun sebesar 25%, yang menghakibatkan laju respirasi secara
keseluruhan menurun. Respirasi mitokondria pada organ fotosintetik berperan
dalam (1) mensuplai ATP dan (2) mensuplai kerangka karbon untuk biosintesis,
seperti 2-oxoglutarat untuk assimilasi nitrogen.
2.4.3. Laju Respirasi Jaringan dan Organ Tumbuhan
Laju
respirasi jaringan bergantung pada aktifitas metabolik dari jaringan tersebut.
Secara umum semakin tinggi aktifitas metabolisme dari suatu jaringan, semakin
tinggi laju respirasi dari jaringantersebut. Tunas yang sedang berkemang
menunjukkan laju respirasi yang sangat tinggi dan umumnya laju respirasi
jaringan vegetatif akan menurun dari titik pertumbuhan ke daerah yang lebih
terdiferensiasi. Jaringan tumbuhan yang telah dewasa, biasanya laju
respirasinya tetap atau menurun dengan lambat dengan bertambahanya umur dan
tingkat penuaan. Kekecualian terjadi pada kondisi klimakterik,
dimana peningkatan laju respirasi terjadi pada proses pemasakan buah dan
penuaan daun yang gugur/lepas dan bunga potong. Hal ini dikarenakan adanya
produksi etilen endogenous yang dapat meningkatkan aktifitas lintasan
alternatif resisten sianida pada membran dalam mitokondria.
2.4.4. Fungsi Mitokondria Sangat Penting selama Perkembangan Polen
Jumlah mitokondria
dan ekspresi protein respirasi di dalam anter yang sedang berkembang sangat
tinggi. Hal ini dikarenakan proses perkembangan polen adalan proses yang
memerlukan banyak energi. Karakter fisiologis yang berkaitan langsung dengan
mitokondria tumbuhan adalah karakter sterilitas jantan sitoplasma (cytoplasmic
male sterility atau cms). Tanaman yang memiliki karakter cms tidak dapat
menghasilkan polen yang viabel, oleh karenanya tumbuhan seperti itu disebut
tanaman jantan steril. Isitilah sitoplasma menunjukkan pada pola pewarisan
sifat ini tidak mengikuti pola pewarisan Mendel, tetapi sifat ini diwariskan
secara maternal dari genom mitokondria. Tanaman cms sangat penting dalam
pemulaiaan tanaman karena galur jantas steril yang stabil dapat digunakan untuk
menghasilkan benih hibrida.
Karakter
cms pada tanaman disebabkan oleh adanya mutasi pada DNA mitokondria yang
menyandikan subunit kompleks protein yang terlibat dalam fosforilasi oksidatif.
Pada jagung, tanaman cms-T memiliki perubahan susunan DNA sedemikian rupa
sehingga dihasilkan protein URF13. Protein ini ketika berinteraksi dengan
toksin Hm-T, yang dihasilkan oleh cendawan Bipolaris maydis yang menyerang
jagung, dapat menyebabkan kebocoran membran dalam mitokondria.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang
telah di paparkan di atas dapat ditarik kesimpulan berupa :
1. Respirasi pada makhluk hidup, jika semakin besar volume organisme maka
respirasi yang berlangsung semakin cepat. Begitu juga organisme yang memiliki
struktur tubuh kompleks, akan lebih cepat.
2. Respirasi dapat terjadi dalam kondisi aerob dan anaerob
3. Respirasi
mempunyai tahapan di dalam sel sebelum menjadi sempurna untuk di gunakan oleh
tumbuhan
Daftar Pustaka
Champbell, N.A,dkk.2002. “Biologi”. Edisi
lima Jilid satu. Erlangga:Jakarta
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga.
Jakarta.
Jasin,Maskoeri.1989. “Biologi Umum Untuk
Perguruan Tinggi”. Bina Pustakatama:Surabaya
Kimball, J.W. 2002. Fisiologi
Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.
Lovelles. A. R.
1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. PT
Gramedia. Jakarta.
Simbolon, Hubu dkk.
1989. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Syamsuri. I. 2000. Biologi.
Erlangga. Jakarta
No comments:
Post a Comment