Sunday, June 15, 2014

LAPORAN PREPARAT ORGAN TUMBUHAN NON EMBEDDING



BAB  I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Mikroteknik secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode pembuatan preparat mikroskopis, baik preparat hewan maupun tumbuhan, menganalisis preparat mikroskopis dan melakukan mikrometri, serta membahas manfaat preparat bagi perkembangan keilmuan dan dukungan terhadap kehidupan manusia. Sedangkan mikroteknik tumbuhan merupakan teknik dalam pembuatan preparat mikroskopis tumbuhan. Beberapa metode yang dikenal dalam pembuatan preparat tumbuhan, yaitu metode parafin, metode squash, metode asetolisis, metode maserasi dan metode whole mount. Laporan ini melaporkan beberapa hasil pembuatan preparat dengan metode-metode tersebut, kecuali metode whole mount.
Berdasarkan sifat ketahanannya, preparat dapat dibedakan menjadi preparat sementara (preparat basah), preparat semipermanen (1/2 awetan) dan preparat permanen (awetan). Preparat sementara bersifat tidak tahan lama dan biasanya hanya untuk sekali pengamatan. Preparat ini menggunakan medium air atau bahan kimia yang mudah menguap.Preparat semipermanen menggunakan media gliserin dan mampu bertahan untuk sekitar seminggu penyimpanan. Preparat permanen atau preparat awetan merupakan preparat yang diawetkan menggunakan balsam, gliserin jelly, lactophenol atau senyawa lain sebagai agen mountingnya. Sehingga preparat permanen dapat bertahan beberapa lama.

1.2 Rumusan masalah
            Rumusan masalah yang didapatkan berdasarkan latar belakang diatas adalah:
-Bagaimana cara membuat sayatan organ tumbuhan tanpa menggunakan parafin?
1.2    Tujuan
            Tujuan dari praktikum ini adalah membuat sayatan organ tumbuhan tanpa menggunakan parafin.


BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Allamanda cathartica
Klasifikasi Ilmiah Bunga Alamada (Allamanda cathartica L.)
Kingdom: Plantae
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo : Gentianales
Familia : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Spesies : Allamanda cathartica L. 

2.2 Deskripsi Bunga Alamanda:
Alamanda adalah tumbuhan perdu, berumur panjang (perenial), tinggi bisa mencapai +/- 4 m. Akar tunggang. Batang berkayu, silindris, terkulai, warna hijau, permukaan halus, percabangan monopodial, arah cabang terkulai. Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berhadapan (folia oposita), warna hijau, bentuk jorong, panjang 5 - 15 cm, lebar 2 - 5 cm, helaian daun tebal, ujung dan pangkal meruncing (acuminatus), tepi rata, permukaan atas dan bawah halus, bergetah Bunga majemuk, bentuk tandan (racemus), muncul di ketiak daun dan ujung batang, mahkota berbentuk corong (infundibuliformis) - berwarna kuning, panjang mahkota 8 - 12 mm, daun mahkota berlekatan (gamopetalus) Buah kotak (capsula), bulat, panjang +/- 1,5 cm, bentuk dengan biji segitiga, berwarna hijau pucat saat muda - setelah tua menjadi hitam Perbanyaan Generatif (biji), Vegetatif (stek).
Bunga alamandaadalah bunga yang berwarna kuning (umumnya yang kita jumpai adalah kuning), indah berbentuk seperti terompet, dan mampu berbunga terus menerus sepanjang taun, dan batang tanaman ini keras dan bergetah. Penggemar fanatik Bunga ini kebanyakan mempunyai kepercayaan bahwa tanaman berbunga kuning ini bisa dipakai sebagai penolak bala jika ditanam dihalaman rumah.
Karena tumbuhnya bisa merambat yakni bisa mencapai ketinggian 3-8 meter, maka bunga alamanda ini banyak ditanam untuk mempercantik dinding. Alamanda sendiri berasal dari brasil dan diperkenalkan oleh Allamond, seorang doctor dari Belanda, seabad yang lalu. Di pedesaan, tanaman ini biasanya hanya tumbuh liar dan bilapun ditanam hanya sebagai pagar saja.
Sebenarnya warna bunga alamanda tergantung dari dari speciesnya. Yakni: spesies Allamanda Nerrifolia berwarna kuning cerah, Allamanda Cathartica berwarna Kuning, dan Allamanda Purpureceae berwarna kuning keunguan. Dimana ketiga spesies tersebut masuk dalam family Apocynaceae.
2.3 Pembuatan preparat
Proses pertama yang disiapkan dalam menyiapkan materi segar dalam pengamatan mikroskopis yaitu fiksasi. Tujuan dilakukannya fiksasi adalah mencegah kerusakan jaringan, menghentikan proses metabolisme secar cepat, mengawetkan komponen sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya, mengeraskan materi yang lembek, dan jaringan-jaringan dapat diwarnai sehingga bisa diketahui bagian-bagian jaringan (Affuwa, 2007).
Faktor-faktor yang berperan dalam fiksatif adalah buffer (pH), suhu yang rendah mencegah autolisis,untuk mendapatkan daya penetrasi yang tinggi digunakan irisan setipis mungkin, perubahan volume, osmolaliitas pada larutan fiksatif, penambahan deterjen sehingga fiksatif cepat masuk, konsentrasi, dan waktu fiksatif. Dehidrasi memiliki fungsi menghilangkan air dalam jaringan. Bahan yang digunakan untuk dehidrasi harus mampu menggantikan fungsi air. Dehidrasi yang baik dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari konsentrasi 70% sesuai dengan pelarut Bouin formol kemudian berturut-turut ke dalam alkohol 80%, 90%, 96% dan alkohol absolut. Pada setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 3 kali (Botanika, 2008).
Infiltrasi merupakan suatu tahapan diimana media tanam dimasukkan ke dalam jaringan secara bertahap. Media yang digunakan untuk menanam yaitu paraffin. Infiltrasi dilakukan di dalam oven pada suhu 52oC dengan perbandingan parafin dan xilol 1:1 sel (Botanika, 2008).



METODELOGI

 3.1 Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
3.2 Cara Kerja



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
Karakteristik tumbuhan yang akan diambil spesimennya juga menentukan waktu pada tahap-tahap pemrosesan. Misalnya waktu yang berlebih pada suatu tahap pengecatan akan mengakibatkan suatu warna menjadi terlalu gelap dan mungkin warna lainnya menjadi kurang atau bahkan hilang. Keberhasilan pembuatan preparat permanen ini tergantung pada lima tahap yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin serta pewarnaan. Larutan fiksatif yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan digunakan menentukan keberhasilan preparat irisan (Setjo, 2004).
            Bagian akar yang secara langsung terhubung dengan batang disebut leher akar. Sementara bagian yang berada di antara leher dan ujung akar dinamakan batang akar. Selanjutnya, akar juga memiliki bagian menonjol pada batang yang membentuk cabang akar. Selain itu, ada juga akar halus bercabang-cabang yang disebut serabut akar. Lalu, akar juga memiliki bagian yang mengalami diferensiasi pada jaringan epidermisnya. Bagian ini dinamakan rambut akar. Sementara, bagian ujung akar yang berfungsi sebagai pelindung mesistem saat akar memanjang menembus tanah disebut tudung akar.

            Akar berkembang dari meristem apikal di ujung akar yang dilindungi kaliptra (tudung akar). Meristem apikal selalu membelah diri menghasilkan sel-sel baru. Sel-sel baru terbentuk pada bagian tudung akar atau bagian dalam meristem apikal. Pembelahan meristem apikal membentuk daerah pemanjangan, disebut zona perpanjangan sel. Di belakangnya terdapat zona diferensiasi sel dan zona pendewasaan sel. Pada zona diferensiasi sel, sel-sel akar berkembang menjadi beberapa sel permanen. Misalnya beberapa sel terdiferensiasi menjadi xilem, floem, parenkim, dan sklerenkim.

            Akar tumbuhan Dikotil tersusun oleh bermacam-macam jaringan dengan fungsi tertentu. Macam jaringan pada akar Dikotil, letak, dan fungsinya adalah sebagai berikut :

1. Epidermis atau eksodermis akar tumbuhan dikotil

letak epidermis akar ini di bagian terluar akar.
Fungsi Epidermis atau eksodermis akar tumbuhan dikotil  = Jalan masuk air dan garam mineral.
2. Korteks akar tumbuhan dikotil 
letak korteks akar akar ini didaerah di sebelah dalam epidermis.
Fungsi korteks akar tumbuhan dikotil  = tempat menyimpan cadangan makanan.
3. Endodermis akar tumbuhan dikotil
letak Endodermis akar ini dilapisan sebelah dalam korteks dan di luar perisikel.
Fungsi Endodermis akar tumbuhan dikotil  = Mengatur masuknya air tanah ke dalam pembuluh. Menyimpan zat makanan.
4 . Perisikel akar tumbuhan dikotil
letak Perisikel akar ini disebelah dalam lapisan endodermis.
Fungsi Perisikel akar tumbuhan dikotil  = Membentuk cabang akar dan kambium gabus.
5. Xilem akar tumbuhan dikotil
letak Perisikel akar ini dibagian tengah akar.
Fungsi Xilem akar tumbuhan dikotil  = Mengangkut air dan garam mineral dari tanah menuju daun.
6. Floem akar tumbuhan dikotil
letak Perisikel akar ini di antara jari-jari yang dibentuk oleh xilem.
Fungsi Perisikel akar tumbuhan dikotil  = Mengangkut zat makanan yang dibuat daun menuju ke seluruh bagian tumbuhan.
7. Empulur akar tumbuhan dikotil
letak Perisikel akar ini dibagian tengah. Di antara bangunan bentuk bintang di dalam xilem.
Fungsi Perisikel akar tumbuhan dikotil  = Menyimpan makanan cadangan.
                Batang dikotil terdapat lapisan-lapisan dari luar ke dalam :
a. Epidermis
Terdiri atas selaput sel yang tersusun rapat, tidak mempunyai ruang antar sel. Fungsi epidermis untuk melindungi jaringan di bawahnya. Pada batang yang mengalami pertumbuhan sekunder, lapisan epidermis digantikan oleh lapisan gabus yang dibentuk dari kambium gabus.
b. Korteks
Korteks batang disebut juga kulit pertama, terdiri dari beberapa lapis sel, yang dekat dengan lapisan epidermis tersusun atas jaringan kolenkim, makin ke dalam tersusun atas jaringan parenkim.
c. Endodermis
Endodermis batang disebut juga kulit dalam, tersusun atas selapis sel, merupakan lapisan pemisah antara korteks dengan stele. Endodermis tumbuhan Anguiospermae mengandung zat tepung, tetapi tidak terdapat pada endodermis tumbuhan Gymnospermae.
d. Stele/ Silinder Pusat
Merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis terluar dari stele disebut perisikel atau perikambium. lkatan pembuluh pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xilem dan floem. Letak saling bersisian, xilem di sebelah dalam dan floem sebelah luar.
                Xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang.
                Tumbuhan Dikotil memiliki kayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran Tahun.
            Setiap berkas pengangkut terdiri dari xylem dan floem, dan pada batang dikotil, memiliki zona cambium, yaitu daerah meristematik yang terdiri dari 2 – 4 lapisan sel –sel kecil, berdinding tipis yang ada diantara xylem dan floem. Kambium (satu lapis) membentuk sel – sel baru yang akan pada saat dewasa menjadi xylem dan floem (Gambar hal 15).
            Batang monokotil berbeda dengan dikotil dimana berkas pengangkut umumnya tersebat pada batang dan tidak memiliki kambium. Inilah sebabnya kenapa monokotil tidak dapat diperbanyak dengan tunas atau sambungan. Penebalan sekunder pada batang dikotil biasanya tidak terjadi pada batang monokotil dan tidak akan pernah menghasilkan silinder berkayu yang besar yang sangat khas pada dikotil.
            Daun pada banyak dikotil (dan sebagian monokotil) bersifat dorsiventral, yaitu memiliki permukaan atas (adaxial) dan bawah (abaxial) yang berbeda secara morphologis.
  1. Epidermis atas terdiri dari satu lapis sel, berbentuk persegi, dinding terluarnya ditutupi oleh kutikula, dan tidak mengandung kloroplas. Beberapa stomata, jika ada, dapat ditemui pada epidermis atas.
  2. Mesofil Palisade. Terletak persis di bawah epidermis atas dan terdiri dari satu atau lebih lapisan yang agak sempit, sel – sel berdinding tipis yang sangat berdekatan, sel – sel persegi memanjang ke arah epidermis. Masing – masing sel terdiri dari banyak kloroplas. Ada system yang telah terbentuk dari ruang antar sel melalui jaringan ini.
  3. Mesofil bunga karang (spongy mesophyll). Terdiri dari sel berdinding tipis, longgar, bentuk tidak teratur, dimana banyak ruang antar sel. Kloroplas ada di sel – sel ini, tapi dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan sel palisade.
  4. Epidermis bawah, serupa dalam struktur permukaan atas, tapi memiliki banyak stomata. Tiap pori stomata terbuka ke arah ruang antar sel besar yang disebut ruang substomata atau cavity.
  5. Sistem vaskular. Potongan ke arah daerah midrib menunjukkan bentuk xylem seperti bulan sabit ke arah permukaan atas daun dan floem ke arah permukaan bawah. Di atas dan di bawah benang vaskuler,m di sebelah epidermis atas dan bawah, jaringan mesofil digantikan oleh sel – sel kolenkim yang meningkatkan kekuatan mekanis daun.
               

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

                 
  

DAFTAR PUSTAKA
Berlyn, G.P. and J.P. Miksche.  1976. Botanical Microtechnique and Cytochemistry. The Iowa State University Press. Ames. Iowa.
Dawes, C.J. 1971. Botanical Techniques in electron Microscopy. Bames and Noble Inc. New York.
Esau,.K.1983. Plant Anatomy. Eiley Eastern Limited. India.
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Gembong, T. 2005. Morfologi Tumbuhan. UGM Press: Yogyakarta
Kartasaputra, A.G. 1998. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang sel dan
          jaringan. Bina Aksar. Jakarta.
Perwati, Lilih Khotim. 2009. Analisis Derajat Ploidi dan Pengaruhnya Terhadap Variasi Ukuran Stomata dan Spora pada Adiantum raddianum. BIOMA, Vol. 11, No. 2, Hal. 39-44.
Sass, J.E. 1961. Botanical  Microtechnique. The Iowa State University Press. Ames. Iowa.
Setjo, Susetyoadi, 2004, Anatomi Tumbuhan, Universitas Negeri Malang, Malang.
Widjajanto dan Susetyoadi Setjo, 2001, Mikroteknik Tumbuhan, Universitas Negeri Malang, Malang.
Woelanningsih, S. 1984. Botani Dasar. Penuntun Praktis Sitologi. Fakultas Biologi.
          UGM. Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment