PENDAHULUAN
Dalam
pemanfaatan alat, erat kaitannya dengan mutu sekolah, juga tidak terlepas dari
persediaan dana, apabila alat-alat peraga, alat bantu dalam pengajaran fisika,
biologi, anatomi atau geografi, pendidikan agama. Banyak konsep pengetahuan
yang harus dipelajari murid yang amat sulit, bahkan tidak mungkin dipahami
tanpa bantuan alat pelajaran. Bagaimana membayangkan pengajaran anatomi manusia
tanpa bantuan alat berupa tiruan tubuh manusia? Pengajaran tentang haji dapat
dilakukan secara efektif dan efisien dengan bantuan rekaman video, pengajaran
salat demikian juga.
Sekalipun
sederhana, tokoh-tokoh pendidikan Islam dahulu mengetahui pentingnya alat-alat
bagi peningkatan mutu pendidikan. Dimulai dari amat sederhana, sampai
penggunaan alat yang modern, dilihat dari sudut perkembangan teori pendidikan
ketika itu.
Pada
masa permulaan Islam, alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran amat
sederhana. Pengajaran kadang-kadang di rumah dan di masjid. Rumah Rasululullah
maupun rumah Arqam bin Abi Arqam pernah digunakan oleh para sahabat untuk
mempelajari pokok ajaran Islam dan pengajaran hapalan Alquran. Atas
pertimbangan ketentraman penghuni rumah tangga, maka kegiatan dipusatkan di
masjid.
Berdasarkan
berbagai sumber dapat diketahui bahwa yang paling diistimewakan oleh orang
Islam pada zaman pertengahan dalam pembangunan sekolah ialah perpustakaan. Dari
bahan bacaan itu kita mengetahui bahwa orang Islam pada zaman pertengahan telah
mengetahui benar perlunya peralatan bagi pembangunan sekolah. Peralatan sekolah
yang dapat disediakan mereka dapat dikatakan amat maju ketika itu.
BAB II
PEMBAHASAN
Jika
faktor-faktor pendidikan hanya berupa kondisi atau situasi, maka alat-alat
pendidikan sudah berbeda bentuknya. Alat-alat pendidikan berupa
perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan yang secara konkret dan tegas, guna
menjaga agar proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil.
Tindakan-tindakan sebagai alat pendidikan dapat berbentuk seperti
peraturan-peraturan, tata tertib, tetapi juga merupakan tindakan yang nyata
seperti halnya dengan tindakan hukuman. Hal ini dapat dilihat pada penjelasan
selanjutnya.
Semua
tindakan, perbuatan dan sikap pendidik harus dapat menciptakan situasi edukatif
yang memungkinkan anak didik menambah pengalaman atau memperoleh pengalaman
baru. Di dalam situasi interaksi dan komunikasi edukatif berlangsungnya proses
transformasi, sosialisasi dan kanalisasi nilai-nilai pemanfaatan deduktif
metodik yang efektif oleh pendidik mempunyai peranan yang besar. Di sini
pendidik berfungsi sosial kultur sebagaimana yang dikemukakan oleh Karl Hoinz
Flaching dalam majalahEducation volume 09 tahun 1974 Universitas
Hamburg, yaitu sebagai komunikator, inovator dan emansipator.
1. Pengertian Metode Dan Alat Pendidikan
Islam
Metode
berasal dari bahasa latin “meta” yang berarti melalui idan “hodos” yang berarti
jalan atau ke atau cara ke. Dalam bahasa arab metode disebut “Tariqah” artinya
jalan, cara, sitem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut
istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengtur suatu cita-cita Sedangkan
pendidikan Islam yaitu bimbingan secara sadar dari pendidik (orang dewasa)
kepada anak yang masih dalam proses pertumbuhannya berdasarkan norma-norma Islami
agar berbentuk kepribadian menjadi kepribadian muslim.
Selanjutnya
yang disebut metode pendidikan Islam disini adalah jalan, atau cara yang dapat
ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak
didik agar terwujud kepribadian muslim. Alat pendidikan Islam yaitu segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dengan
demikian maka alat ini mencakup apa saja yang dapat digunakan termasuk di
dalamnya metode pendidikan Islam.
Metode
dan alat pendidikan Islam yaitu cara dan segala apa saja yang dapat digunakan
untuk menuntun atau membimbing anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak
menjadi manusia berkepribadian muslim yang diridai oleh Allah. Oleh karena itu
metode dan alat pendidikan ini harus searah dengan Al-Qur'an dan As-Sunah atau
dengan kata lain tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur'an dan A-Sunah.
2. Pentingnya Metode Dan Alat Pendidikan Islam
2. Pentingnya Metode Dan Alat Pendidikan Islam
Metode
dan alat pendidikan Islam mempunyai peranan penting sebab merupakan jembatan
yang menghubungkan pendidik dengan anak didik menuju kepada tujuan pendidikan
Islam yang terbentuknya kepribadian muslim.
Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam ini dipengaruhi oleh seluruh faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan Islam ini. Apabila timbul permasalahan di dalam Pendidikan Islam, maka kita harus dapat mengklasifikasikan masalah yang kita hadapi itu ke dalam faktor-faktor yang ada. Apabila seluruh faktor telah dipandang baik terkecuali faktor metode alat ini, maka kitapun harus pandai memperinci dan mengklasifikasikan ke dalam klasifikasi masalah metode pendidikan yang lebih kecil dan terperinci lagi. Misalnya dalam segi apa dari masalah metode dan/atau alat apa? Memang masalah metode ini sangat penting, karena itulah Rasulullah mengajarkan kemampuan dan perkembangan anak didik.
Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam ini dipengaruhi oleh seluruh faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan Islam ini. Apabila timbul permasalahan di dalam Pendidikan Islam, maka kita harus dapat mengklasifikasikan masalah yang kita hadapi itu ke dalam faktor-faktor yang ada. Apabila seluruh faktor telah dipandang baik terkecuali faktor metode alat ini, maka kitapun harus pandai memperinci dan mengklasifikasikan ke dalam klasifikasi masalah metode pendidikan yang lebih kecil dan terperinci lagi. Misalnya dalam segi apa dari masalah metode dan/atau alat apa? Memang masalah metode ini sangat penting, karena itulah Rasulullah mengajarkan kemampuan dan perkembangan anak didik.
Rasulullah SAW bersabda:
نَحْنُ مَعَاشِرَاْلأَنْبِيَاءِأُمِرْنَاأَنْ أَنْزَلَ النَّاسَ مَنَازِلَهُمْ
وَنُكَلِّمَهُمْ عَلَى قَدْرِعُقُوْلِهِمْ. (الحديث)
Artinya:
“Kami para Nabi, diperintahkan untuk menempatkan seseorang pada posisinya, berbicara kepada mereka sesuai dengan kemampuan akalnya.” (Al-Hadits)
Dari Hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan dalam menyampaikan materi dan bahan pendidikan Islam kepada anak didik harus benar-benar disesuikan dengan keadaan dan kemampuan anak didik. Kita tidak boleh mementingkan materi atau bahan dengan mengorbankan anak didik. Sebaliknya, kita harus mengusahakan dengan jalan menyusun materi tersebut sedemikian rupa sesuai dengan taraf kemampuan anak, tetapi dengan cara serta gaya yang menarik.
3. Jenis-Jenis Metode Dan Alat Pendidikan Islam
“Kami para Nabi, diperintahkan untuk menempatkan seseorang pada posisinya, berbicara kepada mereka sesuai dengan kemampuan akalnya.” (Al-Hadits)
Dari Hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan dalam menyampaikan materi dan bahan pendidikan Islam kepada anak didik harus benar-benar disesuikan dengan keadaan dan kemampuan anak didik. Kita tidak boleh mementingkan materi atau bahan dengan mengorbankan anak didik. Sebaliknya, kita harus mengusahakan dengan jalan menyusun materi tersebut sedemikian rupa sesuai dengan taraf kemampuan anak, tetapi dengan cara serta gaya yang menarik.
3. Jenis-Jenis Metode Dan Alat Pendidikan Islam
Apabila
umat Islam mau memperlajari pelaksanaan pendidikan Islam sejak jaman silam
sampai sekarang ternyata para pendidik itu telah mempergunakan metode
pendidikan Islam yang bermacam-macam, walaupun diakui metode yang digunakan ada
kekurangannya. Pada dasarnya Islam tidak menggariskan secara jelas mengenai
metode pendidikan Islam ini, hal ini diserahkan kepada kaum muslimin untuk
memilih metode mana yang cocok dan yang tepat untuk digunakan. Islam
menjelaskan bahwa ajaran dalam kitab suci ada dua macam yaitu yang sudah jelas
nashnya dan belum jelas apa yang dimaksdu nash tersebut. Terhadap nash yang
sudah jelas, maka umat Islam tinggal melaksanakannya. Sedangkan yang belum
jelas maksudnya, manusia diperintahkan untuk mengkaji, meneliti dan berusaha
untuk memecahkannya. Berkenaan dengan masalah itu Rasulullah SAW. Bersabda”
Jika ada urusan agamamu, serahkanlah ia kepadaku. Jika ada urusan keduniaanmu,
maka kamu lebih mengetahui akan urusan duniamu itu.” Berbagai macam ilmu sperti
antropologi, psikologi, botani, ilmu kimia, kedokteran, teknologi, pendidikan
dan lain sebagainya, adalah merupakan scientific yang dimiliki dan dikembangkan
manusia. Kesemuanya menjadi wewenang manusia untuk mendalami, mengembangkan
bahkan menemukan hal-hal baru yang selama ini belum ada tetapi yang perlu
diingat agar pertemuan baru tersebut tidak boleh bertentangan dengan sumber
pokok ajaran Islam yaitu Al-Qur'an dan Hadits Rasul.
Prinsip-prinsip
lain yang dapat dijadikan dasar dalam pengembangan atau penggalian
kesejahteraan hidup manusia di dunia yaitu sabda Rasul:
يَسِّرَاوَلاَتُعَسِّرَاوَلاَتُنَفِّرَا وَتَطَا وَعَاوَلاَتَخْتَلِفَ.
Artinya:
“Mudahkanlah, janganlah engkau persulit, berilah kabar-kabar yang menggembirakan dan jangan sekali-kali engkau memberikan kabar yang menyusahkan sehingga mereka lari menjauhkan diri darimu, saling taatlah kamu dan jangan berselisih yang dapat merenggangkan kamu.”
“Mudahkanlah, janganlah engkau persulit, berilah kabar-kabar yang menggembirakan dan jangan sekali-kali engkau memberikan kabar yang menyusahkan sehingga mereka lari menjauhkan diri darimu, saling taatlah kamu dan jangan berselisih yang dapat merenggangkan kamu.”
(Al-Hadits)
Dari Hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menyelenggarakan kegiatan untuk kesejahteraan hidup manusia termasuk di dalamnya penyelenggaraan (metode) pendidikan Islam mendasarkan kepada prinsip:
Dari Hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menyelenggarakan kegiatan untuk kesejahteraan hidup manusia termasuk di dalamnya penyelenggaraan (metode) pendidikan Islam mendasarkan kepada prinsip:
a. Memudahkan dan tidak mempersulit
b. Menggembirakan dan tidak menyusahkan
c. Dalam memutuskan sesuatu hendaknya selalu memiliki kesatuan pandangan
dan tidak berselisih paham yang dapat membawa pertentangan bahkan pertengkaran
Dalam suatu Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad Abu Daud, Tirmizi dan lain-lain dan Muaz disebutkan bahwa Rasulullah SAW menyambut gembira terhadap sikap sahabatnya (Muaz) sewaktu beliau memanggil untuk diutus sebagai qadli ke Yaman. Rasulullah bersabda: “Kalau tidak kamu dapati baik dalam kitabullah maupun sunah Rasul?”
Dalam suatu Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad Abu Daud, Tirmizi dan lain-lain dan Muaz disebutkan bahwa Rasulullah SAW menyambut gembira terhadap sikap sahabatnya (Muaz) sewaktu beliau memanggil untuk diutus sebagai qadli ke Yaman. Rasulullah bersabda: “Kalau tidak kamu dapati baik dalam kitabullah maupun sunah Rasul?”
Muaz
menjawab “Saya akan berijtihad (berusaha) dengan pikiran saya”. maka Rasulullah
menepuk dada (karena girang) sambil berkata “Alhamdulillah, Tuhan telah memberi
petunjuk utusan Tuhan kepada apa yang ridhoi Rasulullah).”
Dalam Al-Qur'an surat Al-Hasyr ayat 2 dikatakan:
Dalam Al-Qur'an surat Al-Hasyr ayat 2 dikatakan:
فَاعْتَبِرُوْايَآأُولىِ اْلأَبْصَارِ (الحشر : 2)
Artinya:
“Maka ambilah itibar (pelajaran) wahai orang – orang yang mempunyai pandangan.”
Islam menganjurkan kepada umatnya agar mempunyai pandangan luas. Melihat dan menerima pendapat atau ilmu dari siapapun asalkan ilmu tersebut mendatangkan keuntungan dan kemanfaatan bagi kehidupan manusia dan ilmu tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
“Maka ambilah itibar (pelajaran) wahai orang – orang yang mempunyai pandangan.”
Islam menganjurkan kepada umatnya agar mempunyai pandangan luas. Melihat dan menerima pendapat atau ilmu dari siapapun asalkan ilmu tersebut mendatangkan keuntungan dan kemanfaatan bagi kehidupan manusia dan ilmu tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Rasulullah SAW bersabda:
اُطْلُبِ العِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
Artinya:
“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”
“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”
Kita
semuanya mengetahui bahwa negara RRC, mayoritas adalah komunis walaupun diakui
pula bahwa di daerah itu terdapat warga negara yang beragama Islam berjumlah +
80.000.000 jiwa dari jumlah seuruhnya yang berjumlah 800 juta jiwa. Tetapi dari
Hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa Islam selalu menuntut umatnya untuk
menuntut ilmu tanpa harus dibatasinya oleh agama, daerah dan subjek ilmu yang
dipelajari.
Dari
kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh umat Islam selama ini terutama di bidang
pendidikan Islam ternyata mereka telah melaksanakan berbagai kegiatan antara
lain:
a. Mendidik Dengan Cara Memberikan Kebebasan Kepada Anak Didik Sesuai
Dengan Kebutuhan
Tindakan
ini dilakukan berkat adanya sabda Nabi Muhammad SAW:
مَامِنْ مَوْلُوْدٍاِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الفِطْرَةِ .... (رواه مسلم )
Artinya:
“Tidak seorangpun yang dilahirkan kecuali menurut fitrahnya.”
(HR Muslim)
“Tidak seorangpun yang dilahirkan kecuali menurut fitrahnya.”
(HR Muslim)
Pemberian
kebebasan itu tentunya mutlak (tidak terbatas) melainkan dalam batas-batas
tertentu sesuai dengan kebutuhan, sebab anak adalah masih dalam proses
pertumbuhan dan belum memiliki kepribadian yang kuat, ia belum dapat memilih
sendiri terhadap masalah yang dihadapi, karena ini memerlukan petunjuk guna
memilih alternatif dari beberapa alaternatif yang ada.
Rasulullah SAW, bersabda:
مُرُواالصَّبِيَّ بِالصَّلاَةِ إِذَ ابَلَغَ سَبْعَ سِنِيْنَ وَإِذَابَلَغَ
عَشَرَ سِـنِيْنَ فَاضْرِبُوْهُ عَلَيْهَا
Artinya:
“Suruhlah anak-anakmu bersembahyang apabila ia telah berumur tujuh tahun dan apabila ia sudah berumur sepuluh tahun ia meninggalkan sembahyang itu maka pukul ia.”
(HR. Tirmizi)
“Suruhlah anak-anakmu bersembahyang apabila ia telah berumur tujuh tahun dan apabila ia sudah berumur sepuluh tahun ia meninggalkan sembahyang itu maka pukul ia.”
(HR. Tirmizi)
Dari
Hadits tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua (pendidik) harus
dapat bersikap tegas sesuai dengan kebutuhan, yaitu bilamana kebebasan yang
diberikan itu disalahgunakan seperti ia berbuat semaunya sendiri, sampai-sampai
ia meninggalkan salat, maka pendidik harus berusaha keras untuk meluruskan
perbuatan salat itu, jika diperlukan ia diperbolehkan memukul anaknya. Cara
mendidik demikian disebut:
طَرِيْقَةُ الدِّ مُقْرَاطِيَّةِ الضَّعِيْفِيَّةِ
Artinya:
“Metode pendidikan demokrasi yang luwes.”
“Metode pendidikan demokrasi yang luwes.”
Metode
pendidikan ini menuntut kepada pendidik sekali waktu membiarkan anak didiknya
untuk berkembang sesuai dengan fitrahnya, sekali waktu menguasai, mengawasi dan
membatasi anak agar tidak terjerumus kepada perbuatan salah dan sekali waktu
pula berada di tengah-tengah anak didik agar dapat memacu, menimbulkan semangat
beramal, berlomba-lomba dalam mencari kebajikan.
b. Mendidik Anak Dengan Pendekatan Perasaan Dan Akal Pikiran
b. Mendidik Anak Dengan Pendekatan Perasaan Dan Akal Pikiran
Setiap
orang cinta dan sayang kepada anak keturunanya dan berusaha dengan segala
kemampuannya untuk mendidik anaknya agar kelak menjadi orang yang baik dan
berguna. Karena itulah maka para Nabi dari zaman ke zaman selalu berdoa agar
mereka dikaruniai anak yang saleh dan dapat melanjutkan perjuangannya.
Nabi Ibrahim As. Berdoa:
Nabi Ibrahim As. Berdoa:
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ (الصافات : 100)
Artinya:
“Ya Tuhanku! Anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. As-Saffat: 100)
“Ya Tuhanku! Anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. As-Saffat: 100)
Menurut
ajaran Islam, anak adalah amanah Tuhan kepada ibu bapak. Setiap amanah haruslah
dijaga dan dipelihara, dan setiap pemeliharaan mengandung unsur kewajiban dan
tanggung jawab terhadap pemeliharaan yang telah dilakukannya. Hakikat dan
fungsi amanah tentang pemeliharaan anak itu mengandung arti dan nilai yang
lebih jauh lebih luas daripada amanah-amanah yang lainnya. Sebab di dalamnya
terjalin dan melekat secara langsung kepentingan manusia, baik dilihat dari
segi biologis maupun dari segi sosiologis.
Setiap
orang tua, terbawa oleh pertalian darah dan turunan (biologis) dipertautkan
oleh satu ikatan atau (unsur) yang paling erat dengan anaknya, yang tidak
terdapat pada hubungan-hubungan yang lain. Hubungan itu disebut naluri
(instink). Tiap-tiap orang tua mempunyai naluri cinta dan kasih kepada anaknya.
Cinta dan kasih itu adalah sedemikian rupa sehingga setiap orang tua dengan
rela mengorbankan segala apa yang ada pada mereka untuk kepentingan anaknya. Dilihat
dari sudut sosiologisnya, orang tua berusaha supaya anaknya menjadi orang baik
dalam masyarakat, dapat memberi manfaat untuk dirinya sendiri dan mendatangkan
manfaat kepada orang lain
Untuk
menuntun anak agar tumbuh dan berkembang sebagaimana tersebut di atas, maka
pendekatan yang dilakukan ialah dengan jalur akal emosi/perasaan.
Demikian pula pendidikan terhadap anak, baik dalam pendidikan formal, informal maupun non formal pendekatan yang lebih mengena dan lebih tepat yaitu secara akal dan perasaan. Metode pendidikan demikian itu di dalam bahasa arab disebut:
طَرِيْقَةُ اْلعِلْمِيَّةِ الشُّعُوْرِيَّةِ
Demikian pula pendidikan terhadap anak, baik dalam pendidikan formal, informal maupun non formal pendekatan yang lebih mengena dan lebih tepat yaitu secara akal dan perasaan. Metode pendidikan demikian itu di dalam bahasa arab disebut:
طَرِيْقَةُ اْلعِلْمِيَّةِ الشُّعُوْرِيَّةِ
Artinya:
Metode pendekatan yang mencakup akal dan perasaan secara sekaligus. Metode pendidikan ini menekankan segi pikiran yang tajam dan perasaan yang halus.
Metode pendekatan yang mencakup akal dan perasaan secara sekaligus. Metode pendidikan ini menekankan segi pikiran yang tajam dan perasaan yang halus.
c. Mendidik Anak Secara Informal
Islam
memerintahkan kepada umatnya untuk mendidik anaknya agar kelak menjadi manusia
yang saleh, taqwa kepada Allah dan hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Rasulullah bersabda:
Rasulullah bersabda:
اَلْزِمُوْاأَوْلاَدَكُمْ وَأَحْسِنُوْاأَدَبَهُمْ
Artinya:
“Perhatikanlah anak-anak kamu dan bentuklah budi pekertinya sebaik-baiknya.”
Allah berfirman:
“Perhatikanlah anak-anak kamu dan bentuklah budi pekertinya sebaik-baiknya.”
Allah berfirman:
يَآأَيُّهَاالًّذِيْنَ آمَنُوْاقُوْآأَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِكُمْ
نَارًاوَّقُوْدُهَاالنَّاسُ وَاْلحِجَارَةُ... (التحريم: 6)
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman : Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu……”
“Hai orang-orang yang beriman : Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu……”
(OS. Attahrim: 6)
Pendidikan
di dalam keluarga umumnya dilakukan secar informal yaitu pendidikan yang telah
menggunakan perencanaan, kurikulum, jam pelajaran dan lain-lain, tetapi
kesemuanya dilakukan dengan santai tanpa dibatasi oleh tempat maupun waktu,
namun diharapkan keberhasilan pendidikan sesuai dengan yang dicita-citakan.
Pada saat-saat tertentu metode ini sangat baik digunakan.
d. Mendidik Anak Secara Formal
Sejak
permulaan perkembangan Islam, umat Islam telah menyelenggarakan pendidikan
formal. Rasulullah sendiri seringkali mengajarkan wahyu yang diterimanya dari
Allah (lewat malaikat Jibril) kepada para sahabat di rumah Arqam ibnu Arqam.
Pada
waktu perang Badar ada beberapa orang musuh (kaum Quraisy) yang tertawan oleh
kaum muslimin. Di antara tawanan itu banyak yang pandai membaca dan menulis.
Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada tawanan yang pandai tulis baca untuk
menebus dirinya dengan mengajarkan tulis baca kepada 10 orang anak-anak
Madinah. Setelah anak-anak itu pandai membaca dan menulis, mereka dibebaskan
sebagai tawanan dan kembali ke negerinya. Sesudah itu umat Islam mengambangkan
pendidikan formal dalam berbagai tingkat untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
anak-anak kaum muslimin. Dengan pendidikan formal ini membawa keuntungan yang
sangat besar, sebab pendidikan menjadi lebih baik, sebab sasaran, materi yang
diberikan dan tujuan yang hendak dicapai jelas. Dewasa ini pendidikan sudah
semakin berkembang dan meluas baik dilaksanakn dengan sistem madrasah
(klasikal) seperti madrasah. Madarasah Diniyah atau non klasikal (non madrasah)
seperti pesantren. Dan lain sebaginya.
Ustadz
Muhammad Said Ramadhan Al-Buwythi dalam bukunya yang berjudul Al-Manhajut
tarbawi farid Fil quran, menyatakan bahwa ada 3 macam asas dasar yang dipakai
Al-Qur'an untuk menamkan pendidikan, yaitu:
1. Mahkamah aqliyah, mengetuk akal pikiran untuk memecahkan segala sesuatu.
Di dalam tingkat ini Al-Qur'an menyadarkan setiap akal manusia untuk memikirkan
asal usul dirinya, mulai dari awal kejadiannya, kemudian perkembangannya baik
fisik maupunn akal dan ilmunya ataupun mental spriritual. Sesudah itu dibawanya
ke alam cakrawala yang luas terbentang ini, yang semuanya dengan menggunakan
kata-kata yang dapat diikuti oleh orang-orang awam dan dapat dijadikan bahan
penyelidikan secara ilmiah oleh para sarjana.
Berhakim
kepada akal dan ilmu, dengan menggunakan akal itu disebut dalam Al-Qur'an
sampai 29 kali, pikiran 18x, ingatan (zikir) sampai 267x, pemikiran yang
mendalam (fih) 20x dan ilmu sampai 800 x (termasuk khusus kata-kata ilmu 105x),
sehingga berjumlah: 1.154 x, menurut manusia berhukum kepada akal dan ilmunya.
2. Al-Qisas Wat Tarikh, menggunakan cerita-cerita dan pengetahuan sejarah.
Dengan mengemukakan berbagai cerita/peristiwa, dan membuka lembaran-lembaran
sejarah di masa lampau, Tuhan mengajak manusia supaya bercermin kepada fakta
dan data di masa dahulu itu untuk melihat dirinya, berbagai cerita yang disebut
oleh Al-Qur'an menghidupkan sejarah-sejarah lama untuk memberanikan hat manusia
untuk jaman yang dihadapnya dan masa-masa depan terbentang untuk diisi dengan
pendidikan kepada anak-anak/pemuda-pemuda. Menemph jalan ini, yaitu cerita dan
sejarah, lebih mudah meresapkan kepada anak mereka.
3. Al-Isarah Al Widaniyah memberikan perangsang kepada perasaan-perasaan.
Membangkitkan rangsangan perasaan –perasaan, adalah jalan yang terpendek untuk
menanamkan suatu karakter kepada anak-anak/pemuda-pemuda. Dan perasaan-perasaan
itu terbagi kepada:
a) Peraaan pendorong, yaitu rasa gembira, harapan harat yang benar dan
seumpamanya;
b) Peraaan penahan, yaitu rasa takut (berbuat kejahatan), rasa sedih (berbuat kedzaliman) dan seumpamanya dan
b) Peraaan penahan, yaitu rasa takut (berbuat kejahatan), rasa sedih (berbuat kedzaliman) dan seumpamanya dan
c) Perasaan kekaguman, yaitu rasa hormat dan kagum, rasa cinta, rasa bakti dan
pengabdian, dan lain sebagainya
Memberikan
perangsang terhadap perasaan-perasaan ini menurut tempat dan waktunya yang
tepat, menimbulkan kesan yang mendalam kepada anak-anak/pemuda-pemuda yang kita
didik. Sebab itu sebagai Pendidik Tertinggi maka Tuhan menyebutkan dalam Surat
Al-Fatah ayat 8 bahwa Nabi Muhammad adalah memiliki sifat utama, yaitu:
a) Syahidan (penggerak perasaan-perasaan)
b) Mubasysiran (pembaa berita gembira), dan
c) Naziran (pembawa peringatan untuk menahan dari kejahatan)
Menurut
Muhammad Qutb di dalam bukunya Minhajut tarbiyah islamiyah menyatakan bahwa
teknik atau metode pendidikan Islam itu ada 8 diataranya
1. Pendidkan melalui keteladanan
2. Pendidkan melalui nasihat
3. Pendidkan melalui hukuman
4. Pendidkan melalui cerita
5. Pendidkan melalui kebiasaan
6. Pendidkan melalui kekuatan
7. Pendidkan melalui kekosongan
8. Pendidkan melalui cerita cerita
BAB III
KESIMPULAN
Dari
makalah dapat disimpulkan bahwa alat pendidikan merupakan salah satu faktor
yang menentukan berhasilnya pendidikan. Hal-hal atau keadaan yang ikut
serta menentukan berhasilnya pendidikan disebut faktor-faktor pendidikan.
Alat
pendidikan adalah segala bentuk alat yang dapat digunakan untuk menuntun atau
membimbing anak-anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi
berkepribadian muslim yang diridai oleh Allah Swt. Bila semua alat pendidikan
di kalangan umat Islam amat sederhana, maka pada zaman pertengahan sudah ada
ruangan yang luas untuk tempat perkuliahan, sudah ada asrama untuk mahasiswa,
juga ada rumah-rumah pengajar, dilengkapi tempat rekreasi, kamar mandi, dapur
dan ruang makan.
DAFTAR PUSTAKA
H. Nur Uhbiati, 2005, Ilmu Pendidikan
Islam, Bandung, CV Pustaka Setia.
http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/04/28/alat-alat-pendidikan-islam/ diakses tanggal 4 Desember 2012
http://www.anakciremai.com/2008/06/makalah-agama-islam-tentang-alat-alat.htmldiakses tanggal 4 Desember 2012
No comments:
Post a Comment